Kecap Matahari Tetap Tradisional, Pelanggannya Sudah Lintas Generasi

Kecap Matahari Tetap Tradisional, Pelanggannya Sudah Lintas Generasi

Kota Cirebon memiliki beberapa industri rumahan yang ikonik. Salah satunya pelengkap rasa, yakni kecap. Didirikan sejak 1960-an dan lolos dari ujian alih generasi, Kecap Matahari pun mampu bertahan di tengah gempuran industrialisasi. Kuncinya, tetap mempertahankan cara-cara tradisional. NOVRILA MAYANG PANGESTI, Cirebon IKLAN di televisi banyak bertebaran produk kecap nasional, Cirebon pun tak kalah. Kecap Matahari sudah punya ruang pemasaran sendiri. Warga asli kota udang pasti sudah akrab dengan rasanya. Bahkan Rumah Makan Nasi Lengko H Barno di Jl Pagongan, kadung lekat dengan kecap yang satu ini. Sampai-sampai, ada yang menyebut; bukan nasi lengko kalau tak pakai Kecap Matahari. Produk olahan kedelai ini memang sudah ada sejak 1960-an. Sekarang dikelola oleh generasi kedua yang tetap konsisten mempertahankan proses tradisional dalam pembuatannya. Berawal dari pabrik rumahan sederhana, Kecap Matahari lahir. Di periode awal, produk asli Kota Cirebon ini dipasarkan dengan berjalan kaki atau bersepeda untuk menjangkau tempat yang relatif jauh. produk kecap unggulannya. Kini pemiliknya sudah sampai ke generasi kedua. \"Namanya baru dibuat, mider pakai sepeda-jalan kaki, keliling jual-jual kecapnya. Dulu masih belum banyak yang tahu,\" ujar generasi kedua pengelola Kecap Matahari, Cahya atau yang lebih akrab disapa Pak Otong. Perjuangan generasi pertama pabrik Kecap Matahari itu pun akhirnya berbuah manis. Berpuluh-puluh tahun setelahnya, Kecap Matahari sudah memiliki pangsa yang mengakar. Pelanggannya pun sudah mengalami alih generasi. Bahkan generasi milenial, juga tumbuh dengan kecap ini. Tak hanya mengincar segmentasi rumahan, Kecap Matahari juga masuk ke usaha rumah makan. Kebanyakan mereka sudah menjadi langganan sejak puluhan tahun silam. Itu tergambar dari produksi harian yang bisa mencapai 1.000 botol. Jumlah tersebut sewaktu-waktu bisa berubah tergantung musim katanya. Ketika mendekati lebaran dan Ramadan, penjualan bisa meningkat tajam hingga dua kali lipat. \"Tergantung, kalau lagi ramai ya banyak. Biasanya kalau udah mau puasa sama lebaran pemesanannya meningkat sampai dua kali lipat,” katanya. Bukan hal mudah untuk mempertahankan pabrik kecap manis di Cirebon. Mengingat kini telah banyak bermunculan kecap-kecap nasional dengan harga ekonomis dan sangat praktis. Otong menyadari hal ini. Ia pun tahu betul bahwa mempertahankan mutu merupakan satu-satunya jalan untuk bertahan. Saking ketatnya menjaga hasil produksi, mulai dari bahan hingga pembuatannya masih mengikuti ”etika-etika” yang diturunkan kakeknya. \"Masaknya saja masih pakai tungku kayu bakar, diaduk manual nggak pakai mesin,\" jelasnya. Dengan bantuan belasan karyawan setianya, urusan kualitas ini bisa dipertahankan. Proses pembuatan kecap sendiri cukup rumit dan melelahkan. Semua prosesnya diawali dari membersihkan kacang kedelai hitam dan merebusnya hingga dua jam. Setelah itu air rebusan kacang kedelai diangkat. Di waktu yang sama, gula merah pun juga direbus sampai mendidih dan meleleh. Kemudian, air rebusan kacang kedelai dan gula merah dicampur menjadi satu dan diberi bumbu khusus. Lalu tambahkan air bersih dan garam. Terakhir, diakuk hingga mengental. \"Kurang lebih pengerjaannya sampai enam jam. Itu pun tergantung kayu bakarnya basah atau tidak. Kalau mulai musim hujan seperti sekarang bisa tambah lama prosesnya,\" terangnya. Tak berhenti di situ, proses pengemasannya juga masih dikerjakan perorangan. Ketika ditanya alasannya, Otong enteng menjawab. Baginya, membuat kecap itu juga ada seninya. Sebuah unsur yang bisa memberi nilai lebih karena dibuat dengan kesabaran, ketelitian dan perlakuan yang khas terhadap bahan-bahan pembuatnya. \"Justru tradisional itu ya seninya di situ,\" jawabnya. Lewat tangan-tangan karyawan setianya, resep serta etika pembuatan yang dipertahankan, Otong yakin  Kecap Matahari bisa bertahan berpuluh-puluh tahun mendatang dan mengikuti proses alih generasi berikutnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: