Kendaraan Terjebak Banjir, Perlu Dana Besar Perbaiki Drainase Terusan Pemuda

Kendaraan Terjebak Banjir, Perlu Dana Besar Perbaiki Drainase Terusan Pemuda

CIREBON – Sejumlah pengendara terjebak di Jl Terusan Pemuda. Mereka tak bisa menghindari genangan, karena selepas lampu merah Jl Brigjen Dharsono (By Pass) lalu lintas padat. Kendaraan yang ada di depan harus terus melaju, karena antrean di belakangnya mengular. Kendaraan sejenis minibus yang memiliki ground clearance tinggi, relatif masih bisa melibas genangan. Tapi sejenis sedan dan city car tentu kesulitan. Beberapa menghindar dan belok kiri ke parkiran Lotte Mart untuk kemudian putar arah. Genangan air di Jl Terusan Pemuda, terjadi berselang hanya 15 menit setelah hujan mengguyur, Jumat (5/1). Warga pun dibuat menggerutu. “Saya baca di koran, katanya ini wajar. Kayak gini dibilang wajar?” ujar salah seorang pengendara, Nurokhmah (32), kepada Radar. Perempuan berkerudung itu sempat kesulitan mengendalikan laju mobil hatch back miliknya. Khawatir mogok, ia pun belok kiri dan masuk ke Jl Binawan. Hal serupa juga terjadi pada sejumlah pengendara sepeda motor wanita. Mereka terjebak dalam genangan air dan harus menepi. Pantasuan Radar, genangan di Jl Terusan Pemuda baru surut saat hujan mulai reda atau sekitar pukul 14.30 WIB. Drainase yang berada di sepanjang ruas jalan tersebut tidak berfungsi dengan baik. Saluran di tikungan Lotte Mart nyaris tak terlihat karena meluap. Begitu juga di persimpangan menuju Stadion Bima. Saluran yang menjadi pemisah lajur kanan dan kiri tak sangggup menampung debit air. Kepala Bidang Sumber Daya Air (SDA) Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR), H Syarif S Sos MM mengakui, banyak kendala untuk penanganan genangan di Jl Terusan Pemuda. Salah satunya kebutuhan anggaran yang sangat besar dan sulit terakomodir di tahun ini. “Saya belum hitung detilnya, tapi asumsinya memang sangat besar,” tuturnya. Syarif mengaku sudah melakukan analisa. Untuk genangan di Jl Terusan Pemuda, penyebabnya ialah kontur kawasan yang berada di cekungan. Di banding daerah sekitarnya kawasan ini posisinya lebih rendah sehingga menjadi titik kumpul air. Pembangunan drainase yang dilakukan pada 2011 juga tak menolong. Proyek Rp7 miliar yang seharusnya mampu mengalirkan air ke Sungai Cimanggu. Tapi kenyataannya, air justru balik lagi karena saluran di Jl By Pass lebih tinggi. “Kalau mau efektif memang harus buat sodetan,” katanya. Sodetan ini nantinya berada di bawah Jl By Pass ke saluran air di Jl Pemuda. Tapi, sodetan ini juga harus diikuti pembuatan saluran baru ke Sungai Cimanggu. Tanpa saluran terusan, pekerjaan ini hanya akan memindahkan banjir ke Jl Pemuda. Kemudian opsi berikutnya ialah meninggikan Jl Terusan Pemuda agar sejajar dengan Jl Swadaya (persimpangan Perumahan PDK). Dengan begitu jalan tidak tergenang dan debit di saluran air bertambah. KURANG RESAPAN AIR Selain masalah ketinggian, Sekretaris DPUPR, Ir Yudi Wahono menyebut debit air hujan di beberapa lokasi tidak tertampung drainase kare hilangnya daerah resapan air. \"Dengan daerah resapan air yang hilang dan saluran yang tetap, air sudah pasti menggenang di jalan sebagai daerah tampung,\" tutur Yudi, Kamis (28/12). Dijelaskan dia, daerah resapan air sangat dibutuhkan guna meminimalisasi terjadinya genangan dalam jumlah yang tinggi. Pada dasarnya, sebelum air bermuara ke sungai, air harusnya masuk di daerah resapan air. Kemudian mengalir melalui aliran drainase dan memasuki tampungan tersier, tampungan sekunder, tampungan primer, dan ke kali atau sungai. \"Dalam proses tersebut, kalau daerah resapan air sebagai daerah antrean air untuk masuk saluran digantikan oleh jalanan, dengan kata lain air tumpah ke jalan sehingga terjadi genangan tinggi seperti banjir,\" ungkapnya. Di beberapa kota besar, daerah tampungan air seperti embung dan kolam retensi sudah banyak digunakan. Namun di Cirebon sendiri belum bisa diterapkan karena kekurangannya lahan untuk membuatnya. Untuk itu, solusi lain dalam menanggulanginya adalah dengan terus mengontrol keadaan saluran dan memastikan tidak ada sumbatan dalam aliran. Saat ini, DPUPR telah mengontrol beberapa inlet yang ada di kota Cirebon. Dari pemantauan tersebut, inlet di Jl Cipto Mangunkusumo dan Jl Ciremai Raya paling banyak ditutup oleh sampah, sehingga tak bisa berfungsi maksimal. Di Jl Cipto Mk, inlet dengan panjang 80 meter tak mampu menampung air karena tersumbat sampah. Di kawasan itu, tampungan air tersisa sepanjang 20-30 meter saja. Di samping itu, pihaknya juga menghimbau agar semua bangunan yang didirikan baik komersial maupun nonkomersial untuk menyediakan daerah resapan air di lingkungannya. Tujuannya agar saat hujan, air bisa tertampung dan tidak meluap ke jalanan. (yud/okr/apr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: