Ketika Drama Korupsi E-KTP Dilukiskan Seniman Cirebon melalui Batik Kroter Kornas

Ketika Drama Korupsi E-KTP Dilukiskan Seniman Cirebon melalui Batik Kroter Kornas

Drama korupsi E-KTP yang melibatkan Setya Novanto (Setnov) menjadi salah satu kasus yang menyedot perhatian publik. Termasuk bagi Maestro Batik Cirebon, Katura AR. Lewat keahlian membatiknya, Katura melukiskan kronologi tertangkapnya koruptor nasional yang disingkatnya menjadi Kroter Kornas. Apa itu? JAMAL SUTEJA, Cirebon SEBAGAI seniman batik tulis, Katura merasa tergugah saat menonton drama korupsi E-KTP di layar kaca. Pria beruban itu punya cara sendiri dalam menggambarkan kasus tersebut ke dalam karya batik terbarunya. Karya itu diberinama Kroter Kornas, yang menggambarkan KPK berhasil menangkap koruptor yang diidentikkan dengan simbol tikus. Karya lukisan batik Kroter Kornas ini dibuat di atas kain berwarna merah tua dengan panjang 90 cm dan lebar 70 cm. Dalam lukisan itu ada gambar burung Garuda yang menjadi simbolisasi KPK yang mencengkram seekor tikus yang diidentikkan dengan koruptor. Juga ada gambar tiang listrik yang roboh, serta uang miliaran hasil operasi tangkap tangan oleh KPK. Namun di bagian bawahnya ada banyak tikus-tikus yang masih banyak berkeliaran. Dan juga hiasan motif mega mendung yang menjadi ciri khas batik Cirebon. “Tikus- tikus lain masih banyak yang belum ditangkap,” ujar pria yang meraih gelar honoris causa Master of Bachelor dari University American of Hawai tersebut. Bagi Katura, karya batiknya yang satu ini tak semegah karya-karya lain yang sudah dibuatnya. Hanya saja karya batik itu punya cerita khusus yang juga merupakan bentuk dukungan dirinya terhadap KPK untuk memberantas korupsi di Indonesia. Saat ditemui di rumahnya di Jl Buyut Trusmi Plered, kemarin, Katura menuturkan proses pembuatan batik tersebut. Itu dia rampungkan dalam seminggu. Hingga selesai pada tanggal 13 Desember lalu. “Yang lama proses membatiknya,” ucapnya. Alasan Katura membuat karya batik itu sederhana. Sebagai pembatik dirinya hanya tergerak untuk mencatat peristiwa. Lewat karyanya itu, Katura tak bermaksud untuk menyinggung siapapun. Hanya ini juga sebagai pelampiasan dirinya sebagai warga negara atas praktik korupsi yang masih marak di Indonesia. “Kalau musisi kan mencatat lewat lagu, kalau saya pembatik ya mencatat lewat batik,” ujar pria yang pernah mendapat penghargaan Upakarti dari Presiden SBY, itu. Awalnya, hasil karya Katura tersebut akan dihadikan kepada KPK sebagai bentuk apresiasi. Hanya saja, apabila itu diberikan sebagai hadiah, dia khawatir akan dinilai sebagai bentuk gratifikasi. Sehingga niatnya itu diurungkan. Maka dari itu, Katura rencananya bakal menjual lukisan batik tersebut. “Kalau laku ya dijual. Karena kalau dihadiahkan ke KPK disangkanya nanti gratifikasi,” ujarnya. Ini bukan pertama kali Katura membuat karya batik yang menggambarkan kondisi sosial dan pemerintahan. Di era Presiden Soeharto, pada tahun 1974, Katura pernah membuat batik yang menggambarkan para petani yang menanam padi di sawah. Itu sebagai simbol dari suksesnya program pancausaha tani yang diberlakukan Soeharto hingga mengakar ke masyarakat. Sehingga Indonesia bisa menjadi Negara swasembada pangan. Batik itu diberinama batik Panutan Pancausahatani. Kemudian, di era Presiden SBY, Katura juga membuat karya batik yang diberinama Babad Alas Amar. Karya lukisan batik itu dibuat di atas kain dengan panjang sembilan meter. Di mana karya tersebut menceritakan harapan adanya perubahan seperti saat Pandawa membabat hutan untuk membangun negeri Amarta. Semenjak itu raktyat menjadi adil makmur dan sejahtera. Harapan itu ditunjukan kepada SBY, sebagai presiden yang ingin membawa Indonesia ke arah perubahan. Dan, pada tanggal 2 Oktober 2017, lalu, Katura juga membuat karya untuk presiden Jokowi-JK, yang dia beri nama Indonesia Hebat. Karya itu dipengaruhi lantaran dirinya memang suka dengan nama Jokowi. Yang dia terjemahkan ke dalam bahasa Jawa menjadi Ojo Koyo Wingi-Wingi. “Ya senang saja membuat catatan melalui batik, sehingga bisa dikenang oleh masyarakat,” ujarnya. Selain membuat karya, Katura juga punya kepedulian khusus untuk memperkenalkan batik tulis kepada generasi muda. Di depan rumahnya itulah Katura membangun sanggar batik, membuka kesempatan bagi warga sekitar yang ingin belajar membatik bersama. Batik hasil karya Katura memang juga sudah dikenal dan diakui oleh Jepang. Empat bulan sekali, dia mendapatkan order dari negara sakura itu. Banyak perajin yang membatik, namun setiap orang memiliki cara dan sentuhan sendiri-sendiri. Hasil karya Katura ini dipuji oleh Jepang karena sangat detail dan bermutu tinggi. “Boleh saja orang batik sama motifnya, cuman beda, dari sini kelihatan mutu cantingnya,\" ungkapnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: