Head to Head Menarik, Azis-Eti atau Bamunas-Edo?

Head to Head Menarik, Azis-Eti atau Bamunas-Edo?

CIREBON - Kejutan dan dinamika politik mewarnai tahapan Pilkada Kota Cirebon. Praktisi Komunikasi Politik yang juga Dosen Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Khaerudin Imawan menganalisis Pilkada Kota Cirebon yang akhirnya harus head to head setelah Koalisi Umat yang dimotori Gerindra, PAN, dan PKS harus pecah kongsi. Di-last minute, PKS memutuskan batal memberikan rekomendasi dukungan terhadap pasangan Siswandi-Euis Fety Fatayati. Menurutnya, alasan PKS urung memberi rekomendasi pada Siswandi-Euis tak sesederhana hitung-hitungan matematis. \"Karena dalam politik arah koalisi tidak sekadar dibangung atas dasar hitung-hitungan di atas kertas, namun juga bangunan ideologi dan proximity terhadap tokoh partai,\" ujarnya. Menurutnya, kontestasi head to head pada Pilkada 2018 tentu menarik, karena dari dua pasangan calon memiliki psikologi yang sama.  Azis dan Bamunas pernah bertemu pada periode pilkada sebelumnya. Pada Pilkada Kota Cirebon 2014, Azis yang menjadi calon wakil wali kota bersama Ano Sutrisno (alm) harus berhadapan dengan Bamunas sebagai calon wali kota yang berpasangan dengan Priatmo Adji. Namun, Bamunas dan Azis, di Pilkada 2018 kembali berhadapan pada kontestasi yang tentu berbeda. \"Keduanya memiliki modal basis massa yang jelas. Selain dari modal massa parpol, juga massa relawan yang dibangun selama ini,\" jelasnya. Ia menganalisis,  Aziz dan Bamunas dengan pasangannya masing-masing, akan berebut pengaruh massa dari tiga partai yang abstain (Gerindra, PAN dan PKS). \"Koalisi baru di luar kertas KPUD pasti akan terbangun. Apakah mereka tetap mengusung jargon Koalisi Umat, atau memilih jalan koalisinya masing-masing,\" tuturnya, kemarin. Ia menilai, akan sulit Koalisi Umat sebagai representasi koalisi permanen di tingkat pusat akan berlabuh memilih salah satu pasang. Namun, bangunan kaolisi pada akhirnya akan terjadi dengan mempertimbangkan deal-deal politik di antara ketiga partai tersebut. Hasil final kontestasi head to head, ia memprediksi bakal bersaing ketat. Suara keduanya tidak akan jauh berbeda, menyisakan selisih yang relatif kecil. Menurutnya, kunci dari kemenangan saat head to head adalah memainkan mesin partai pada koalisi baru di \"luar kertas\" dengan tiga partai yang abstain. \"Cost politik juga harus diperhatikan untuk menjaga konsistensi massa partai, struktur tim pemenangan dan belanja saksi hingga hari pencoblosan. Prediksi selisih perolehan suara tidak lebih dari 10 persen,\" pungkasnya. (mik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: