Harga Beras Masih Tinggi, Disdagin Monitor Pasar Tradisional

Harga Beras Masih Tinggi, Disdagin Monitor Pasar Tradisional

  CIREBON - Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Cirebon melakukan monitoring harga beras di sejumlah pasar tradisional, Senin (15/1). Hasilnya, harga beras cenderung belum mengalami penurunan pasca melonjaknya harga dalam beberapa minggu terakhir ini. “Pantauan kita, harganya belum ada penurunan. Tetapi sebetulnya, untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah, pemerintah menyediakan beras-beras murah dengan harga Rp8.500/kg,” ujar Kepala Disdagin Kabupaten Cirebon, Deni Agustin kepada Radar di sela-sela monitoring, kemarin. Pada kesempatan itu, Deni juga membeberkan, hasil monitoring, pihaknya tidak menemukan harga beras yang dijual di atas HET. Untuk beras medium Rp9.450/kg dan beras premium Rp12.800/kg. Dia mensinyalir, kenaikan harga beras karena masih jauhnya masa panen petani. Menurutnya, tingginya harga beras karena para petani belum memasuki panen, sehingga menyebabkan berkurangnya suplai. Dia mengklaim, pihaknya tidak berdiam diri dengan kondisi saat ini. Pihaknya sudah melakukan berbagai upaya untuk menstabilkan harga beras, salah satunya dengan melakukan operasi pasar. “Kita di Cirebon, untuk menstabilkan harga pangan terutama beras, sudah melakukan operasi pasar berkali-kali, mulai momen Natal dan Tahun Baru,” tuturnya. Dalam operasi pasar, Disdagin menerapkan dua pola, yakni operasi pasar langsung dan operasi pasar tidak langsung. Operasi pasar langsung, pihaknya membawa kendaraan ke pasar-pasar dan desa-desa rawan pangan. Paling tidak, ada lima titik yang dituju, yakni Sumber, Pasalaran, Palimanan, Cipeujeuh dan Desa Astana, Kecamatan Gunungjati. Sementara untuk operasi pasar tidak langsung, pihaknya melakukan operasi pasar melalui mitra-mitra Bulog. Seperti ke beberapa kios di Pasar Pasalaran, di salah satu kios di Pasar Palimanan, kios di Pasar Jamblang, Kaliwedi, Pasar Junjang, dan titik lainnya yang bekerjasama dengan Bulog. Operasi pasar tidak langsung ini, menurut Deni, sangat ampuh. Terbukti, dengan banyaknya masyarakat yang mengunjungi dan berbelanja beras di kios mitra Bulog. “Di sini, kemarin didrop oleh Bulog tiga ton, sekarang tersisa 5 kuintal, harga jualnya Rp8.500/kg. Namun ada juga kategori beras Bulog. Karena diproses ulang, maka ada biayanya, menjadi Rp9.000/kg,” ujarnya. Terkait adanya rencana impor beras oleh Kementerian Perdagangan, Disperindag juga sangat menyayangkan dan tidak setuju dengan kebijakan itu. Khusus di Kabupaten Cirebon, lanjutnya, merupakan daerah penghasil beras. Sebentar lagi juga akan masuk panen raya. “Saya tidak setuju kalau ada impor-impor. Kitakan masih ada stok di Bulog. Cadangan beras pemerintah di Bulog masih ada. Kita gunakan itu saja dulu untuk menstabilkan harga, sambil menunggu panen raya,” tuturnya. Sementara itu, salah seorang pedagang beras, Ade kepada Radar mengatakan, harga beras mulai merangkak naik sekitar dua minggu terakhir. Kenaikannya masih berkisar Rp2 ribu hingga 3 ribu perkilonya. “Kalau untuk beras medium itu biasanya ada di angka Rp6 ribuan, sekarang menjadi Rp9 ribu. Sedangkan untuk beras premium sekitar Rp10 ribuan, sekarang menjadi Rp12.500,” pungkasnya. (den)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: