Manfaatkan Padat Karya, Petani Bongas Normalisasi Saluran Irigasi

Manfaatkan Padat Karya, Petani Bongas Normalisasi Saluran Irigasi

INDRAMAYU–Menyukseskan percepatan musim tanam rendeng 2018, puluhan petani bersama jajaran Pemerintah Desa (Pemdes) Bongas, Kecamatan Bongas ramai-ramai membersihkan saluran irigasi sekunder di Blok Penanggul II, Selasa (16/1). Dipimpin Kuwu Bongas, Kadir, normalisasi dilakukan dengan cara manual yakni dengan menggunakan cangkul, pedangan dan tangan untuk menguras saluran sepanjang 1 kilometer yang mengalami pendangkalan dan dipenuhi semak belukar. Sebanyak 25 petani dilibatkan dalam aksi yang memakan waktu 6 sampai 10 hari itu. Beberapa tenaga dari Perum Jasa Tirta (PJT) seksi Patrol juga ikut turun ke sungai. “Paling cepat 6 hari, tapi bisa makan waktu sampai 10 hari. Tergantung kondisinya,” jelas Kuwu Kadir. Dia mengungkapkan, kegiatan normalisasi saluran irigasi ini salah satu implementasi program padat karya atau cash for work yang dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Diakuinya, program padat karya ini memberikan manfaat bagi para petani di desanya, menambah penghasilan mereka serta meringankan beban biaya yang sebelumnya ditanggung oleh Pemerintah Desa. Namun demikian, Kuwu Kadir menyarankan agar normalisasi saluran irigasi dapat dilakukan secara cepat, tepat dan efesien dibutuhkan alat berat seperti ekskavator alias backhoe. “Lihat sendiri kalau pakai tenaga manusia, lambat. Sementara pendangkalan saluran cepat sekali terjadi,” ucapnya. Karena itu dia mengusulkan kepada Pemkab Indramayu agar menyediakan backhoe minimal disetiap kecamatan. Penggunaannya bisa untuk pengerukan saluran yang memang membutuhkan alat berat yang endingnya, hasil serta produksi pertanian bakal semakin meningkat. “Untuk saluran yang ada di wilayah permukiman, masih bisa pakai tenaga manusia. Tapi untuk saluran sekunder maupun primer butuh backhoe,” terang Kuwu Kadir. Jika setiap kecamatan disediakan backhoe, petani maupun pemdes tidak perlu lagi antre atau menunggu terlalu lama ketika membutuhkan. Beda dengan kondisi saat ini yang mesti tunggu giliran karena dipinjam sana-sini. Selain normalisasi dengan waktu cepat, penggunaan alat berat akan meminimalisir penggunaan lahan ilegal maupun bangunan liar yang berdiri disepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS). “Kita kerap kesulitan menguras saluran karena ada tanaman dan banyak bangunan liar. Kalau ada backhoe gak akan ada berani yang bangun, kan mesti ada jalur lintas dan itu harus steril,” tandas Kuwu Kadir. (kho)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: