Produksi di Bawah Target, PG Sindanglaut Merugi Rp10 Miliar Lebih

Produksi di Bawah Target, PG Sindanglaut Merugi Rp10 Miliar Lebih

CIREBON - Para petani tebu di bawah Pabrik Gula (PG) Sindanglaut (SL) pesimis jika target giling 2018 bisa sesuai dengan target yang diberikan pihak PG SL, yakni giling tebu 2,4 juta kuintal dan target rendemen 7,51 persen. Hal tersebut dikarenakan beberapa faktor antara lain, keterlambatan pupuk dan tersendatnya biaya garapan. Sehingga sampai saat ini, petani seperti terseret-seret dalam merawat tanaman tebu. “Sekarang kita pakai logika saja, untuk mendapatkan target maksimal tentu semua persiapan juga harus mendukung. Seperti pupuk yang tepat waktu dan biaya garapan yang juga tepat waktu. Karena target tentu harus berbanding lurus antara persiapan dan kesiapan,” ujar salah satu petani Mae Azhar kepada Radar, Rabu (17/1). Namun demikian, menurut Mae, petani sebagai mitra PG tentu akan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai target tersebut. Dia berharap, persoalan dan kendala yang dihadapi petani bisa dibantu oleh PG. “Tugas kita kan merawat tanaman. Tugas PG menjaga ketersediaan pupuk dan membantu petani mendapatkan kredit untuk biaya garapan dari bank. Kalau semua ini berjalan sinergis dari awal, tentu hasil yang diraih juga bisa maksimal, bahkan mungkin melebihi target,” imbuhnya. Terpisah, GM PG Sindanglaut, Sudarno Hadi saat ditemui Radar di sela-sela Rapat Sosialisasi Giling 2018 di Wisma Ria Komplek PG SL, mengatakan jika target giling tebu PG SL tahun 2018 yakni giling tebu 2,4 juta kuintal dan target rendemen 7,51 persen. Oleh karena itu, dia meminta seluruh elemen yang terkait dengan PG SL agar bersama-sama menciptakan kondusivitas dan semangat kerja agar target yang ada bisa terealisasi. “Kita yakin target itu bisa tercapai, terlebih saat ini musimnya pas sekali. Selain itu, kondisi tanaman juga bagus. Meski ada keterlambatan dalam hal pemupukan, kondisinya lebih bagus dari tahun lalu,” beber Hadi. Dijelaskannya, selama musim giling 2017, PG SL mengalami kerugian yang tidak sedikit. Total selama musim giling kemarin, PG SL harus menanggung kerugian lebih dari Rp10 miliar. Penyebab kerugian tersebut diakibatkan beberapa faktor, di antaranya produktivitas tebu yang berada di bawah target. Harga gula yang lebih rendah dari tahun sebelumnya, sampai dengan hal-hal lainnya, termasuk proses giling ulang akibat gula yang diproduksi di bawah standar ICUMSA (International Commission for Uniform Methods of Sugar Analysis). “Kalau ditotal, mungkin angkanya lebih dari Rp10 miliar. Kerugian karena beberapa factor, salah satunya produktivitas yang di bawah target,” ujar GM PG SL, Sudarno Hadi saat ditemui Radar di sela-sela Rapat Sosialisasi Giling 2018 di Wisma Ria Komplek PG SL, kemarin. Tahun 2017 lalu, total capaian giling tebu hanya 1,8 juta kuintal, namun untuk rendemen, PG SL berhasil melewati target saat itu sekitar 7,19 persen. “Untuk produksi kita mencapai 80 persen. Untuk rendemen kita di atas target. Dari target awal 7,19 realisasinya 7,31. Ini harus kita jaga dan kita tingkatkan, agar produktivitas dari PG SL ini tetap bagus,” kilahnya. Namun demikian, potensi kerugian masih terus membayangi PG SL. Pasalnya, harga jual gula jauh lebih murah dari harga pokok produksi (HPP) gula itu sendiri. “HPP gula itu Rp10.500/kg, tapi harga jual gula kita Rp9.700/kg,” ungkapnya. (dri)        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: