Bulan Depan Panen, Diharapkan Harga Beras Kembali Normal

Bulan Depan Panen, Diharapkan Harga Beras Kembali Normal

KUNINGAN-Awal 2018 disambut dengan kenaikan harga kebutuhan pokok, di antaranya beras. Itu terjadi saat produksi di pabrik penggilingan padi mengalami penurunan. Sesuai dengan hukum ekonomi, harga akan melonjak ketika permintaan tetap atau meningkat, sedangkan ketersediaan (stok) barang berkurang. Tingginya harga beras di awal tahun 2018 ini disinyalir dipengaruhi karena faktor cuaca yang masih musim hujan dan sebagian besar masih memasuki masa tanam. Kondisi ini praktis berdampak pada berkurangnya stok beras di pasaran dan harganya pun ikut naik. Terlebih banyak daerah yang dikabarkan mengalami gagal panen, sehingga stok beras Kabupaten Kuningan terbagi untuk memenuhi permintaan dari luar daerah. \"Di bulan Januari ini memang sebagian besar petani di wilayah Kuningan masih masa tanam, rata-rata tanaman padi saat ini baru berusia dua hingga tiga bulan. Bulan depan baru ada beberapa petani yang mulai panen,\" ujar Ahmad, salah seorang petani asal Cilimus. Menurut Ahmad, banyak petani yang masih menerapkan sistem tanam padi dengan berpatokan pada perhitungan bulan. Oleh karena itu, di bulan Januari curah hujan tinggi ini banyak tanaman padi yang masih berusia muda antara dua hingga tiga bulan, bahkan ada yang baru melakukan tandur. \"Di wilayah utara ini mulai dari Kuningan hingga Cilimus, rata-rata usia tanaman padi sekitar dua bulan. Sedangkan wilayah timur seperti Ciawigebang, Luragung hingga Cibingbin sudah berusia tiga bulan, sehingga bulan depan sudah ada yang mulai panen,\" ujar Ahmad. Hal ini, kata Ahmad, praktis berdampak pada berkurangnya produksi beras pada awal tahun 2018 ini yang menyebabkan harganya menjadi melonjak. Menurut dia, sebagian besar areal pertanian di Kabupaten Kuningan sejauh ini tidak ada yang mengalami kerusakan akibat gangguan serangan hama ataupun akibat curah hujan yang tinggi. Dia pun berharap kondisi ini bisa terus terjaga hingga musim panen bulan depan tiba sehingga bisa mengatasi masalah tingginya harga beras yang semakin menyengsarakan rakyat. \"Kendala serangan hama hampir tidak terjadi di Kuningan dan tidak ada kejadian petani yang gagal panen. Karena memang sekarang belum musim panen juga,\" ujar Ahmad. Turunnya produksi beras di awal tahun 2018 ini juga dirasakan Edi Rusnadi pengelola pabrik penggilingan gabah Ampera milik KUD Karangtawang, Kecamatan Kuningan. Edi mengaku jumlah petani yang menggiling gabah ke pabrik hullernya mengalami penurunan hingga 50 persen dari biasanya. \"Jika biasanya menggiling rata-rata 1 ton gabah petani setiap hari, sekarang paling 5 kuintal saja. Itu pun dari petani yang masih menyimpan gabah hasil panen dua bulan yang lalu, karena yang sekarang masih masa tanam,\" ujar Edi. Tingginya harga beras di Kabupaten Kuningan, kata Edi, juga terjadi di daerah lain. Dia meyakini, penyebabnya sama karena faktor pola tanam yang masih serentak, ditambah ada beberapa daerah terutama di wilayah Jawa Tengah dikabarkan ada yang mengalami gagal panen. \"Beras dari Kuningan pun tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kuningan saja, melainkan ada yang dikirim ke luar daerah. Wajar kalau stok beras di Kuningan pun terbatas yang berakibat harganya sama mahal dengan daerah lain,\" ujar Edi. (fik)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: