Kisah Brigadir Yayan; Kelola Sampah dari Sekolah, Sukses Buka Lapangan Kerja

Kisah Brigadir Yayan; Kelola Sampah dari Sekolah, Sukses Buka Lapangan Kerja

Namanya Brigadir Polisi Yayan Lusiyanto. Anggota Polsek Cibingbin dan Bhabinkamtibmas Desa/Kecamatan Cibeureum ini bisa disebut piawai memanfaatkan waktu luangnya untuk berbisnis. Dari usaha yang dijalaninya, Yayan mampu mendapatkan keuntungan yang lumayan dan juga kini memiliki beberapa pegawai yang membantu usaha. Agus Panther, Cibeureum Badannya cukup besar. Namun tak membuat Yayan hilang kegesitannya terutama menangkap peluang usaha yang mendatangkan keuntungan. Yayan juga tak malu untuk berkeliling ke sekolah guna bekerjasama mengumpulkan sampah. Selain menampung sampah, dia juga memberikan penyuuhan tentang pentingnya menjaga kebersihan di lingkungan sekolah. Rutinitas itu dijalaninya sebagai Bhabinkamtibmas Desa/Kecamatan Cibeureum. Pasca bertugas, Yayan langsung menuju lapak pengelolaan sampah di desanya. Sudah dua tahun ini, Yayan mengelola sampah dari sekolah-sekolah yang ada di wilayah Kecamatan Cibingbin dan juga Cibeureum. Sampah dari sekolah itu dikumpulkan dan dibawa ke lahan yang tidak terlalu besar miliknya. “Saya menjalankan usahanya ini awalnya iseng-iseng. Soalnya di tempat saya banyak sampah yang terbuang begitu saja. Melihat besarnya potensi pendapatan dari sampah, saya kemudian berpikir, kenapa enggak usaha pengolahan sampah saja. Apalagi saya punya lahan kosong. Akhirnya saya mengajak beberapa teman untuk mengelola sampah,” papar Yayan. Langkah pertama yang ditempuhnya adalah mengontak sekolah-sekolah yang ada di wilayah Cibingbin. Dia membidik sekolah lantaran sampah dari sekolah biasanya banyak nonorganik, atau bukan sampah rumah tangga. “Sering saya melihat kertas bekas dibuang oleh sekolah sembarangan, padahal itu mendatangkan rezeki. Akhirnya saya menjalin kerja sama dengan sekolah. Sampah untuk sementara ditampung di sekolah, lalu rekan saya yang mengambil. Dan pihak sekolah ternyata tidak keberatan. Malah mereka merasa senang sampahnya ada yang menampung,” ujarnya. Setelah terkumpul, sampah tersebut kemudian diangkut ke lahan miliknya. Di tempat itu, sampah-sampah kemudian dipilah bersama pegawainya. Untuk sampah plastis, kardus, kertas serta nonorganik lainnya dipisahkan. Sedangkan sampah organik diolah kembali untuk dibuat pupuk alami. Pemilahan itu biasanya dilakukan setelah sampah-sampah dari sekolah terkumpul. “Memang agak ribet dan kotor bergelut dengan sampah. Tapi dari mengelola sampah ini, saya dan teman-teman bisa mendapatkan penghasilan lumayan. Alhamdulillah semua sekolah di Kecamatan Cibingbin dan sebagian Cibeureum sudah kerja sama soal sampah,” cetus Yayan. Namun Yayan mengaku belum bisa mengelola sampah dari rumah warga karena keterbatasan lahan dan juga tenaga kerja. Dia memilih konsen di sampah sekolah, meski sebenarnya dia juga berniat bekerjasama dengan pemdes untuk pengolahan sampah. “Saya tidak bisa mengembangkan usaha mengelola sampah dari warga karena lahan yang ada terbatas. Mungkin situasinya berbeda jika di wilayah timur ada lahan TPA. Sampah nonorganik sendiri bisa dijadikan pupuk alami, tapi memang proses pengolahannya memerlukan lahan yang cukup luas. Jadi, kendala yang saya hadapi adalah soal lahan untuk penampungan sampahnya,” katanya. Bukan hanya itu, Yayan juga memanfaatkan barang bekas seperti drum bekas cat untuk dibuat tong sampah. Di lahan itu juga berjejer drum bekas cat ukuran galon. Sejumlah pekerja nampak tengah membersihkan drum galon bekas cat. Hasil dari kreasinya kemudian didistribusikan kepada pemesan. “Alhamdulillah pembuatan tempat sampah dari drum bekas banyak peminatnya. Saya ingin anak-anak muda di wilayah saya memiliki keahlian sehingga mereka ke depannya bisa berusaha sendiri,” tutur Yayan yang pernah menjadi anggota Unit VI Satintelkam Polres Kuningan tersebut. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: