Waduh, 8.982 Hektare Lahan Padi di Indramayu Kekeringan

Waduh, 8.982 Hektare Lahan Padi di Indramayu Kekeringan

INDRAMAYU – Kekeringan yang melanda area tanaman padi di Kabupaten Indramayu sudah mencapai 8.982 hektare. Petani berharap agar pihak terkait dapat menyelamatkan tanaman padi milik mereka. “Area yang kekeringan itu tersebar di Kecamatan Kandanghaur dan Losarang,” terang Kabid Tata Teknik Irigasi pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Indramayu, Yudi Suswanto saat ditemui di ruang kerjanya. Yudi menyebutkan,  sampai Jumat (2/2) di Kecamatan Kandanghaur, luas area tanaman padi yang mengalami kekeringan mencapai 6.622 hektare. Sedangkan di Kecamatan Losarang ada 2.360 hektare. Dari kedua kecamatan itu, kekeringan terparah terjadi di wilayah Kecamatan Kandanghaur. Di kedua wilayah tersebut, tutur Yudi, tanah di area sawah nampak retak-retak dan mengeras. Tak sedikit daun padi yang menguning pada bagian ujungnya karena lama tak mendapat pasokan air. Bahkan, ada pula tanaman padi yang mengering di bagian pangkal hingga ujungnya. Hujan yang sempat turun pada beberapa waktu lalu di wilayah itu pun tak memberikan pengaruh yang signifikan. Air hujan langsung meresap ke dalam retakan tanah yang mengeras sehingga tak sampai tergenang. Apalagi, cuaca di hari-hari berikutnya kembali terik. Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kecamatan Kandanghaur, Waryono mengatakan, hingga awal Februari, kekeringan yang melanda wilayahnya semakin meluas. Tak hanya terjadi di empat desa, kekeringan bahkan terjadi di 11 desa dari total 13 desa yang ada di Kecamatan Kandanghaur. Ada pun 11 desa itu, yakni Desa Karanganyar, Wirakanan, Wirapanjunan, Karangmulya, Bulak, Curug, Eretan Kulon, Eretan Wetan, Ilir, Parean Girang dan Pranti. Waryono mengatakan, luas area tanaman padi yang mengalami kekeringan di 11 desa itu ada 6.000-an hektare. Adapun umur tanaman padinya bervariasi, mulai dari yang baru tanam hingga ada yang 40 harian. “Bahkan ada yang belum bisa tanam sama sekali karena lahannya kering. Padahal benih yang disemainya sudah ketuaan dan harus segera ditanam,” terang Waryono, melalui telepon selulernya. Waryono mengakui, hujan memang mengguyur wilayahnya pada Selasa (30/1) sore. Namun, berdasarkan pengukuran yang dilakukannya, curah hujan saat itu hanya kurang dari satu milimeter. Padahal, untuk membuat air di sawah sampai tergenag, dibutuhkan curah hujan minimal 30 milimeter. Sementara di wilayah Kecamatan Juntinyuat, petani mulai bisa sedikit tersenyum dengan adanya sistem gilir giring. Karena dengan sistem gilir giring diharapkan semua petani bisa kebagian air. Para petani juga berharap agar wilayah persawahan yang ada di hilir bisa kebagian air. (oet)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: