Bencana Alam di Kuningan: Luragung-Ciwaru Lumpuh

Bencana Alam di Kuningan: Luragung-Ciwaru Lumpuh

KUNINGAN - Untuk sementara waktu, arus lalu lintas dari Ciwaru menuju Luragung tidak bisa dilalui kendaraan roda empat. Penyebabnya, badan jalan di tanjakan Desa Cigedang, Kecamatan Luragung atau sebelum jembatan yang melintasi Sungai Cisanggarung, ambles, Jumat (23/2) dini hari. Padahal ruas jalan itu merupakan akses menuju Luragung dan kota Kuningan dengan jarak tempuh terdekat. Dampaknya, masyarakat Ciwaru dan sekitarnya yang ingin ke Luragung dengan membawa mobil, terpaksa harus kembali ke rumahnya, karena tidak bisa melintas. Pantauan Radar Kuningan, hampir separuh badan jalan terlihat ambles dan menyisakan hanya sekitar satu meteran. Demi keselamatan warga, sejumlah pemuda Desa Cigedang memasang pengaman dari pepohonan di badan jalan yang runtuh akibat derasnya air hujan dari tebing yang berada di sebelahnya. Sekitar seratus meter dari jalan yang ambrol, warga menempatkan papan dengan tulisan “Jalan Tidak Bisa Dilalui Mobil” dan mengatur lalu lintas. Pengguna sepeda motor yang ingin menuju Ciwaru maupun Luragung bergantian melintas. Jika tidak segera dilakukan perbaikan, kemungkinan badan jalan akan tergerus seluruhnya oleh curah hujan yang sangat deras. Adi, salah seorang warga Cigedang menerangkan, amblesnya badan Jalan Ciwaru-Luragung terjadi Jumat (23/2) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Awalnya warga mendengar suara bergemuruh dari arah tebing yang disusul suara seperti tembok yang ambrol. “Malam itu juga kami bersama warga lainnya menuju lokasi. Ternyata badan jalan sudah tergerus air. Karena malam, kami hanya memasang peringatan dengan batang pohon. Sebab jalur ini ramai digunakan warga Karangkancana dan Ciwaru untuk belanja ke Luragung atau kota Kuningan,” papar Adi diamini warga lainnya. Selain jalan, akses menuju Ciwaru juga agak sulit jika menggunakan mobil setelah jembatan alternatif yang menghubungkan Desa Dukuhpicung, Kecamatan Luragung dengan Kecamatan Ciwaru juga ambruk, Jumat (23/2) sekitar pukul 08.00. Ambrolnya jembatan yang kembali direnovasi tahun 2005 itu membuat warga Ciwaru semakin sulit untuk bepergiaan menggunakan mobil. Warga Dukuhpicung, Encum mengatakan, saat jembatan tersebut ambrol, dia dan suaminya berada di sawah, tak jauh dari jembatan. Sekitar pukul 08.00, dan dan petani lainnya mendengar suara berderak dari jembatan, disusul patahnya badan jembatan. “Kejadiannya sekitar pukul 08.00 ketika banyak warga sedang di sawah. Saya juga kaget setelah suara berderak terus melihat ke arah jembatan, sudah putus. Beruntung masih tertahan oleh tiang jembatan. Namun jika Sungai Cisanggarung ini kembali banjir, bisa saja badan jembatan terbawa air bah,” sebutnya. Engkus, penduduk lainnya menambahkan, pasca Jalan Ciwaru-Luragung ambles, banyak pengguna jalan yang melintas di jembatan alternatif. Meski jembatan itu ukurannya tidak lebar dan hanya bisa dilalui satu kendaraan roda empat, tapi cukup mempermudah bagi warga yang hendak belanja ke Luragung maupun Ciwaru. “Hari ini di Ciwaru kan ada hari pasar. Banyak warga Dukuhpicung yang belanja ke Ciwaru. Apalagi malam itu (Jumat dini hari, red) banyak kendaraan yang lewat jembatan ini. Mungkin karena tidak dirancang oleh tingginya intensitas jumlah kendaraan yang melintas, akhirnya jembatan ini ambruk,” ungkapnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: