Kapendam Cendrawasih Bantah Pemberitaan Media Asing: Bom Pospor, Isu Konyol Propaganda KKSB

Kapendam Cendrawasih Bantah Pemberitaan Media Asing: Bom Pospor, Isu Konyol Propaganda KKSB

Sebelumnya, surat kabar di Australia, The Saturday Paper, memberitakan militer Indonesia menggunakan bom fosfor di Nduga Papua. Media tersebut menyebutkan bom fosfor digunakan untuk mengejar pelaku penembakan yang menewaskan 31 pekerja PT Istaka Karya di Kabupaten Nduga, Papua pertengahan Desember lalu. Dalam beritanya yang berjudul Exclusive: Chemical weapons dropped on Papua yang terbit pada 22 Desember 2018, dilaporkan bukti militer Indonesia menggunakan bom fosfor tampak dari tubuh korban yang mengalami luka bakar di seluruh tubuhnya. Tujuh orang tewas dalam operasi itu. Ribuan orang melarikan diri ke kawasan puncak. Kepala Penerangan Kodam XVII/Cenderawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi menegaskan TNI tidak pernah, dan tidak akan mau memiliki dan menggunakan senjata kimia pembunuh massal,  termasuk Bom Pospor. Pernyataan ini disampaikan setelah ada isu bahwa TNI dalam memburu kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) di Nduga, Papua menggunakan senjata jenis ini. “Demi untuk membuat berita bohong dan upaya propaganda, KKSB menggunakan segala macam cara dan menampilkan data palsu yang sangat absurd tidak masuk logika,” kata Muhammad Aidi lewat rilis  Sabtu, (22/12) lalu. Sebelumnya, beberapa media internasional menurunkan beberapa fakta jika TNI menggunakan senjata pemusnah massal ini di Papua. “Apalagi di Papua, kami tidak memiliki senjata artileri dan tidak memiliki pesawat tempur,” kata Muhammad Aidi. Muhammad Aidi memaparkan, Bom Phosphor atau nama kerennya sering di sebut WP (White Phosphorus) atau Willy Pete, biasanya dipakai untuk  pembakaran lokasi musuh atau penghancuran suatu wilayah. Cara penggunaanya ditembakkan menggunakan meriam artileri berat dari jarak puluhan  sampai ratusan kilometer bahkan bisa antar pulau, atau dibawa oleh pesawat tempur jenis pengebom, tidak mungkin bisa diangkut menggunakan helikopter angkut apalagi hanya dibawa oleh prajurit infanteri. Karena sifatnya membunuh secara massal dan biasanya ditembakkan menggunakan meriam artileri atau dengan pesawat tempur pengebom, maka tidak mungkin ditembakkan pada lokasi atau daerah yang ada pasukan kawan. Karena seluruh mahkluk hidup yang ada di area dampak bom pasti mati atau paling tidak luka berat dan cacat seumur hidup. “Nyatanya pasukan TNI-Polri di Nduga sampai sekarang sehat- sehat saja tidak ada yang kena phosphor,” tegas Muhammad Adi. Aidi juga menegaskan, alat Utama Sistem persenjataan (Alutsista) TNI yang ada di Papua hanya pesawat heli angkut jenis Bell, Bolco dan MI -17. Tidak ada peswat serbu apalagi pengebom. “Bila benar TNI menggunakan Bom Phosphor maka paling tidak seluruh Kabupaten Nduga sudah habis terbakar dan seluruh manusia dan hewan yang ada di sana sudah mati,” tegasnya. Ia juga mengatakan, orang-orang yang membuat berita propaganda adalah orang-orang konyol dan bodoh, yang tidak mempelajari terlebih dahulu karakteristik suatu senjata atau barang, yang penting bisa membuat berita bohong, menyesatkan atau menfitnah. “Dan yang lebih konyol lagi adalah media yang mau memuat suatu berita murahan tanpa didasari oleh suatu data yang akurat,” ujar Muhammad Aidi.  (*)  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: