Libur Panjang, Bogor Macet Parah

Libur Panjang, Bogor Macet Parah

Rp97,5 Miliar Berputar di Puncak BOGOR - Di hari pertama libur panjang, Jumat (29/3)-Minggu (31/3), lalulintas Bogor lumpuh. Hampir semua ruas jalan protokol macet total. Kendaraan roda empat bernomor polisi B, memadati setiap jengkal jalan. Seperti biasa, kemacetan terparah terjadi di jalur utama menuju kawasan Puncak, mulai dari tol Jagorawi, Jalan Raya Tajur dan Jalan Raya Bogor-Sukabumi. “Kami sudah mengira pasti akan macet parah kayak gini. Tapi kami sekeluarga harus berlibur ke puncak karena sudah booking vila di Cisarua selama libur panjang ini,” ungkap Ronald (45), warga Cempaka Putih yang ikut terjebak macet. Pantauan Radar Bogor (Radar Cirebon Group), kepadatan arus lalu lintas terjadi mulai gerbang tol Ciawi hingga KM 81 Jalan Raya Puncak. Kepadatan terpantau sejak pukul 06.00 hingga pukul 15.00. Kepala shift, gerbang tol Ciawi, Darusalam mengungkapkan, sejak pukul 06.00 terpantau 17.024 unit. Ia menambahkan, di hari libur biasa, jumlah kendaraan yang keluar pintu tol Ciawi hanya berkisar 10.000-12.000 unit. “Memang ada peningkatan drastis jumlah kendaraan. Ini terjadi mulai Kamis malam dan diperkirakan akan terut meninggkat hingga Minggu petang,” cetusnya. Kemacetan memaksa petugas Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Bogor bekerja ekstrakeras. Pantauan hingga Jumat malam, sudah mencapai 35 ribu kendaraan yang masuk ke kawasan Puncak. “Kita berlakukan one way (satu jalur). Sudah tiga kali kita berlakukan, pukul 09:00, pukul 10:00 dan pukul 12:00. Masing-masing one way diberlakukan selama dua jam,” beber Kasatlantas Polres Bogor AKP Edwin Affandi saat ditemui di Pos Polisi II B Simpang Gadog, Kabupaten Bogor. Belum terurai macet di pintu tol Ciawi, lalu lintas di Jalan Raya Puncak nyaris tak bergerak. Menurut Kasatlantas, titik-titik kemacetan yakni di persimpangan gadog, Megamendung, Taman Wisata Matahari (TWM), Pasar Cisarua dan Taman Safari Indonesia (TSI). “Untuk kendaraan yang datang dari Puncak maupun ke Cianjur, sebagian kita tutup di Riung Gunung. Kita masih tetap memprioritaskan kendaraan yang datang dari arah Jakarta agar bisa langung masuk ke hotel atau vila yang mereka pesan,” katanya. Edwin menegaskan, selain menerapkan one way, pihaknya juga melakukan sosialisasi kepada pengguna jalan agar tertib dan tidak saling mendahului saat mengantre menuju Puncak. “Khusus libur panjang kali ini, kita mengerahkan 150 personel yang ditempat di semua titik-titik kemacetan,” ungkapnya. Dia mengaku kesal, karena tak jarang kemacetan diperparah oleh kendaraan besar yang saling serobot. Bus pariwisata seenaknya menyerobot antrean menuju tanjakan selarong Megamendung. “Saya imbau di saat libur panjang seperti ini, sebaiknya para pengguna jalan lebih tertib dan bersabar. Karena tidak ada solusi lain selain one way,” kata dia. Kemacetan terus mengular hingga ke wilayah Kota Bogor. Volume kendaraan yang terus meningkat di tol Jagorawi menuju Ciawi, meluber ke pintu keluar tol Bogor-Jalan Pajajaran-hingga Jalan Raya Tajur mengarah ke Ciawi. Pada data gerbang tol utama Bogor, jumlah kendaraan yang masuk sejak pukul 05.00 sampai dengan 15.00 sebanyak 10.090 unit kendaraan. Sedangkan kendaraan yang keluar pintu tol atau masuk ke Kota Bogor sebanyak 453,560 ribu kendaraan. “Jumlah ini masih akan terus bertambah,” tukas Kepala shift tiga gerbang tol utama Bogor, Sopian Hadi. Antrean panjang kendaraan roda dua dan empat sudah dimulai sekitar pukul 09.30. Kondisi itu diperparah dengan keluar masuk kendaraan di beberapa titik, seperti pusat perbelanjaan Ekalokasari dan deretan kios tas Tajur. “Kemacetan ini sifatnya situasional. Antisipasinya kami kerahkan anggota yang lebih banyak,” ujar Kasat Lantas Polres Bogor Kota, AKP Erwinsyah. Setelah diatur petugas satlantas, kepadatan baru terurai sekitar pukul 11.20. Polisi terpaksa melakukan sistem buka tutup di ruas Jalan Pajajaran dan Sukasari. Sedangkan di beberapa titik kemacetan lain, Satlantas mengalihkan sebagian kendaraan melalui jalur alternatif. Di antaranya, kendaraan dari Pajajaran menuju kawasan Yasmin dialihkan ke simpang Air Mancur, Jalan RE Martadinata, Jalan Cimanggu, Jalan Johar dan keluar di Jalan Abdullah bin Nuh. Kasi Manajemen Rekayasa Lalu Lintas DLLAJ Kota Bogor, Dody Wahyudin mengatakan, pihaknya sudah mengantisipasi kemacetan dengan rekayasa arus lalu lintas di beberapa ruas jalan. Salah satunya, di ruas Jalan Siliwangi hingga persimpangan Plaza Ekalokasari tidak difungsikan traffic light. “Kami sudah perkirakan hal itu agar tidak terjadi kemacetan parah. Sejak jauh-jauh hari dilakukan rekayasa,” ujarnya. Dody menjelaskan, saat ini sudah ada 24 simpang traffic light dengan dilengkapi alat pengendali isyarat lalu lintas (Apil) di enam simpang, yaitu di simpang Baranangsiang, Tugu Kujang, Pangrango, Jalan Salak, Jalan Ir H Juanda, Simpang Kapten Muslihat dan simpang Denpom. “Kalau masyarakat mengalami masalah di jalan, bisa menyampaikan pengaduan rambu lalu lintas di nomor 081219799808,” ungkapnya. BANJIR UANG Kawasan Puncak, Cisarua, Kabupaten Bogor sedang dilanda “banjir uang”. Libur panjang hari perayaan Paskah dari Jumat-Minggu (29-31/3), menjadi berkah bagi warga di kawasan wisata itu. Ada sekitar 650 ribu pelancong bakal menyesaki Puncak hingga besok. Dari jumlah pelancong itu, diperkirakan Rp97,5 miliar berputar di kaki Gunung Gede-Pangrango itu. Data yang dihimpun Radar Bogor, sebanyak 150 ribu pelancong merangsek naik ke Puncak, kemarin. Jumlah itu diperkirakan bakal naik hari ini menjadi 250 ribu pelancong dan 200 ribu pelancong pada Minggu (31/3). Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Kabupaten Bogor, M Teguh Mulyana, memprediksi, setidaknya Rp150 ribu habis untuk biaya hidup (makan, minum) dan tiket masuk aneka wahana wisata bagi seorang pelancong dalam sehari. Nah, jika total pelancong Puncak sebanyak 650 ribu orang dikalikan dengan angka biaya hidup pelancong Rp150 ribu, maka didapatlah angka Rp97,5 miliar. Angka itu belum termasuk konsumsi bahan bakar kendaraan yang naik beberapa kali lipat. Fantastis! Teguh memastikan, seluruh hotel dan lokasi wisata kebanjiran pengunjung selama libur panjang full booked. Dengan tarif masuk yang lebih tinggi dibanding hari biasa, tentunya para pengusaha sektor wisata meraih untung berkali lipat. “Ada 1.320 penginapan, 250 restoran dan sejumlah objek wisata besar di kawasan Puncak. Dan semua terpantau penuh,” ungkapnya. Pengalaman sebelumnya, kata dia, jumlah pengunjung di hari pertama libur panjang mencapai 150 ribu orang. Jumlah itu terus meningkat hingga tiga kali lipat di hari ketiga. “Jika diakumulasikan, jumlah pengunjung selama tiga hari mencapai 650 ribu wisatawan. Jika dikalikan biaya yang keluarkan setiap orang sebesar Rp150 ribu, maka perputaran uang dalam kurun waktu tiga hari ini mencapai Rp97,5 miliar,” terangnya. Menurut Teguh, besaran angka tersebut belum ditambah dengan perputaran uang dari para wisatawan yang menikmati hiburan malam. Sebut saja karaoke ataupun belanja syahwat (esek-esek) yang masih tersedia di Puncak. “Jika liburan panjang seperti ini, biasanya ada PSK dari sejumlah daerah seperti Sukabumi, Cipanas, dan Parung datang ke sini. Jumlahnya bisa mencapai ratusan orang PSK,” ungkapnya. Bahkan, kata dia, satu orang PSK dalam satu malam bisa melayani tiga hingga lima pelanggan. Sedangkan biaya satu kali melayani tamu sebesar Rp200 ribu. Maka dalam satu malam, perputaran uang dari pelayanan PSK di kawasan Puncak mencapai Rp150 juta. “Itu belum ditambah biaya sewa kamar sebesar minimal Rp100 ribu per malam,” ungkap pria yang sempat menjadi pengelola sebuah hotel di pulau Bali. Teguh menambahkan, dengan perputaran uang yang mencapai puluhan miliar dalam tiga hari di kawasan Puncak, seharusnya sudah bisa menyejahterakan dan menjadi masukan di Pendapatan Asli  Daerah (PAD) Kabupaten Bogor. “Jika mengacu pada jumlah hotel bintang yang sudah pasti resmi (berizin) di wilayah Puncak, maka itu menjadi sumber PAD Kabupaten Bogor,” katanya. Tak hanya itu, Puncak yang menjadi daerah tujuan wisata bagi ribuan orang di akhir pekan, memberi peluang pemasukan tambahan bagi masyarakat sekitar. Salah satu peluang yakni jasa pengantar wisata dan pencari vila atau hotel bagi wisatawan. Warga sekitar menyebutnya sebagai petugas kica-kica (penjaga vila, red). “Di sepanjang Jalan Raya Puncak, ada sekitar 350 warga menjadi kica-kica. Mereka mendapat komisi dari tamu yang menginap di hotel atau vila. Bisa dapat 10-15 persen dari harga kamar” imbuhnya. (cr4/sdk/ric/ram/bac/d)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: