Dubes AS Kagum Kerukunan Antarumat Beragama di Cirebon
CIREBON - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia, Scott Marciel bertandang ke Keraton Kasepuhan, Senin (29/4). Rombongan kedutaan besar itu disambut dengan tarian topeng kelana di Bangsal Pringgadani. Tampak hadir dalam acara penyambutan, Sultan Sepuh XIV Arief Natadiningrat SE beserta seluruh keluarga keraton. Wali Kota Cirebon Drs H Ano Sutrisno MM dan Kepala Disporbudpar Kota Cirebon, Drs H Hayat MSi juga turut menyambut tamu dari kedutaan besar negeri Paman Sam tersebut. Dalam kunjungannya ke Kota Cirebon, Scott sempat melihat koleksi benda kuno di Museum Benda Kuno dan Museum Singabarong. Kemudian Scott bersama rombongan berziarah dan berdoa di Kompleks makam Astana Gunung Jati. Scott mengatakan, di negaranya, Cirebon sudah terkenal memiliki seni budaya yang sangat banyak, terutama bangunan keraton-keraton yang sudah ada sejak abad ke-15. Ia membandingkan kondisi tersebut dengan negara asalnya, Amerika. \"Di Amerika di abad 15 hanya ada hamparan bumi saja. Kami juga tak memiliki seni tarian-tarian,\" ucapnya. “Oleh karena itulah, kami datang ke sini, bukan sekadar melihat bangunan-bangunan keraton dan sejarahnya, tapi juga menjalin kerja sama, baik dalam pendidikan, bisnis, dan lainnya untuk menjadikan tempat ini (keraton) lebih baik lagi,\" katanya. Scot mengaku kagum dengan kerukunan antarwarga dan umat beragama di Cirebon. Kota Cirebon menurutnya, bisa merefleksikan Indonesia yang kaya akan keberagaman. Sementara itu, Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat menerima cinderamata dari kedubes AS berupa buku berjudul, Barack Obama Dreams From My Father, yang merupakan memoar karya Presiden AS Barack Obama. Dalam sambutannya yang sangat terbatas, Sultan berbicara mengenai sejarah Kesultanan Cirebon hingga menyinggung mengenai kemerdekaan Palestina. \"Pada kesempatan ini, saya berharap kedubes AS ke depan bisa bekerja sama dengan keraton, kami juga mendukung perdamaian dunia. Terutama kami berharap pula agar Palestina bisa menjadi negara merdeka,\" ujarnya. Sultan menjelaskan, banyak bidang yang bisa menjadi bahan kerja sama, baik dalam hal pendidikan pariwisata dan lainnya. \"Kami juga memiliki lembaga pendidikan yang dikelola keraton,\" katanya. Selain di kota, Dubes AS juga berkunjung ke RSUD Waled, Kabupaten Cirebon yang menjadi rumah sakit percontohan program Expanding Maternal and Neonatal Survival (Emas), hasil kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan United States Agency for International Development (USAID). Tujuan utama Scott ke Waled ingin melihat progres program Emas yang sudah berjalan satu tahun di rumah sakit yang menjadi rujukan perbatasan provinsi itu. Kedatangan Scott ke RSUD Waled ternyata tidak sendiri, selain didampingi sang istri, ia pun mendapat panduan langsung dari Direktur Program Emas Ana Hyre dan beberapa staf USAID. Tiba di RSUD Waled sekitar pukul 15.30, Scott yang diterima langsung oleh Wakil Bupati Cirebon H Ason Sukasa SmHk didampingi Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Drs H Dudung Mulyana MSi dan manajemen rumah sakit, langsung berkeliling ke rumah sakit tersebut. Satu yang menjadi tujuan utamanya adalah ruang perawatan bayi. Di sana ia sempat melihat simulasi penanganan bayi yang baru lahir, yang diperagakan oleh bidan dan perawat setempat. Setelah berkeliling, rombongan langsung masuk ke ruangan Direktur Utama RSUD Waled untuk melakukan pertemuan tertutup dengan Pemerintah Kabupaten Cirebon. Dalam konferesi pers, Scott yang dibantu seorang penerjemah mengatakan program Emas yang berlangsung selama 5 tahun ini (2012-2016) bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Ditargetkan, dengan program ini akan berkontribusi terhadap percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi baru lahir sebesar 25 persen untuk Indonesia. “Program ini guna mendukung pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota yang dilaksanakan di 30 kabupaten/kota dalam 6 provinsi termasuk Kabupaten Cirebon,” katanya. Lebih jauh, untuk program ini Pemerintah Amerika Serikat telah menggelontorkan dana sebesar $55 miliar guna menunjang pelaksanaan pendampingan selama 5 tahun. “Setiap tahun kita akan evaluasi untuk mencapai target yang dicanangkan,” imbuhnya. Dijelaskan, program yang baru berjalan 1 tahun ini sudah menunjukkan grafik yang cukup signifikan. Dari bulan Mei 2012 sampai dengan April 2013 ini penurunan angka kematian ibu melahirkan (maternal) yang tadinya hanya sebesar 33 persen kini naik mencapai 57 persen. Kemudian, untuk angka kematian bayi baru lahir (neonatal) yang tadinya hanya 32 persen kini menjadi 67 persen. “Artinya, baru satu tahun saja angka kematian ibu dan bayi baru lahir bisa ditekan, mudah-mudahan sampai 2016 bisa ditekan semaksimal mungkin,” jelasnya. Sementara Direktur Program Emas Ana Hyre menuturkan, RSUD Waled yang didaulat menjadi pusat percontohan program Emas di Jawa Barat diharapkan bisa memberikan ilmu kepada rumah sakit lain atau Puskesmas terdekat tentang penanganan cepat dan tepat proses persalinan. (jml/jun)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: