Fenomena Anak Punk di Kota Layak Anak, Salah Kaprah Ideologi Anti Kemapanan

Fenomena Anak Punk di Kota Layak Anak, Salah Kaprah Ideologi Anti Kemapanan

CIREBON-Stigma seram, sudah melekat dari cara berpenampilan. Rambut mohawk, pakaian hitam compang-camping, piercing, tato dan aksesoris sebagainya. Pertanyaannya; apakah buat mereka punk adalah sebuah ideologi, atau sekadar cara berpenampilan? Sekelompok remaja itu berkumpul di sudut-sudut Taman Krucuk, Jl Slamet Riyadi. Salah satunya memegang okulele. Memainkan lagu bernada koplo. Bukan melodic punk. Apakah mereka paham ideologi anti kemapanan atau konsep pemberontakan atas penindasan? Atau sekadar berpenampilan dan mendistorsi gaya hidup punk itu sendiri? Ada kesan tak nyaman. Berulangkali upaya pendekatan mendapatkan penolakan. Dari beberapa aspek observasi yang dilakukan, sulit untuk memahami apa yang sesungguhnya tengah mereka perjuangkan. Bonjes (25) misalnya. Ia rutin meminum sirup obat batuk kemasan sachet lantaran tidak punya uang untuk membeli obat Trihex. “Ya, untuk pusing-pusing aja. Kalau nggak pusing, nggak enak kalau lagi ngamen,” ujarnya, yang mengaku warga Losari tersebut. Kehadiran mereka, sepintas kontradiktif dengan status kota layak anak yang disandang Kota Cirebon. Para remaja tanggung itu, akhirnya dicap sebagai pengganggu ketertiban sosial. Baik dari segi perilaku juga tindakan destruktif yang dilakukan, seperti vandalisme juga tindakan kriminal. Rubrik SMS Pembaca Radar Cirebon, berulangkali menampilkan keresahan masyarakat atas kehadiran remaja punk. Dan meminta aparat untuk mengambil tindakan. Prosiding Artikel Universitas Padjadjaran berjudul Fenomena Remaja Punk Ditinjau dari Konsep Person In Environment sedikit banyak mengulas soal ini lewat penelitian Anna Rizky Annisa, Budhi Wibhawa, Nurliana Cipta Apsari. Dalam abstraksi disebutkan, remaja punk merupakan bagian dari kehidupan underground. Mereka memiliki ideologi politik dan sosial, hidup di jalanan dan selalu mendengarkan musik-musik yang beraliran keras. Mereka hadir di jalan untuk melakukan perlawanan terhadap kondisi sosial, politik dan budaya di masyarakat. Pertanyaannya, apakah remaja punk demikian yang berkerumun di sudut-sudut Kota Cirebon? Pendekatan pemerintah melalui penangkapan, pendataan maupun pembinaan, sejauh ini belum dapat menjawab pertanyaan tersebut secara konkrit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: