AS Tuduh China Palsukan Data Kasus Corona

AS Tuduh China Palsukan Data Kasus Corona

JAKARTA - Komunitas intelijen Amerika Serikat (AS) menuduh pemerintah China telah menyembunyikan data sesungguhnya tentang jumlah kasus virus Corona (Covid-19) di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Berdasarkan sumber tiga pejabat AS yang dikutip Bloomberg, komunitas intelijen menjelaskan dalam laporan rahasia untuk Gedung Putih bahwa jumlah infeksi dan korban meninggal akibat Covid-19 di China tidak diungkap seluruhnya.

\"Laporan rahasia itu pun menyimpulkan angka yang diumumkan pemerintah China itu palsu,\" kata dua sumber pejabat AS pada Bloomberg.

Gedung Putih menerima laporan intelijen itu pekan lalu. “Kami belum menerima laporan intelijen apapun yang menunjukkan China melaporkan jumlah kasus yang lebih rendah,\" kata Presiden Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih pada Rabu (1/4).

\"Angka mereka sedikit di sisi terang, dan saya menjadi baik saat saya katakan itu, relatif pada apa yang kita saksikan dan apa yang dilaporkan.\" sambungnya.

China telah melaporkan 82.361 kasus virus corona dan 3.300 korban meninggal dunia, menurut data dari Universitas Johns Hopkins. Jumlah itu sekitar setengah dari total kasus yang dikonfirmasi di AS yang menjadi negara dengan jumlah infeksi tertinggi di dunia. AS memiliki 189.000 kasus dan lebih dari 4.000 kematian akibat virus corona.

Belum ada yang merespons untuk komentar atas laporan itu dari Kedutaan Besar China di Washington. “Anda tidak tahu angka itu di China,\" ujar Trump pekan lalu.

Trump menambahkan, AS dan China terus berkomunikasi dan Beijing akan mengucurkan USD250 miliar untuk membeli produk-produk AS. \"Kami ingin menjaga itu, mereka ingin menjaga itu,\" ungkap Trump terkait kesepakatan dagang AS dan China.

Sementara itu, Wakil Presiden AS Mike Pence menjelaskan, pada kenyataannya, meminta adanya keterbukaan dari China. \"Apa yang terbukti sekarang ialah lama sebelum dunia mengetahui pada Desember bahwa China menghadapi ini. Dan mungkin sebulan lebih awal dari itu, wabah ada di China,\" tuturnya.

Ada banyak ketidakpercayaan terhadap data yang diungkap China, baik di dalam dan luar negeri. Pemerintah China juga berulang kali merevisi metodologi untuk penghitungan kasus, termasuk mengecualikan orang positif corona tanpa gejala.

\"Hanya pada pekan ini, China menambahkan lebih dari 1.500 kasus corona tanpa gejala dalam jumlah total kasus,\" pungkasnya. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: