Tradisi Panahan Jemparingan Masih Digemari Warga Kota Cirebon

Tradisi Panahan Jemparingan Masih Digemari Warga Kota Cirebon

CIREBON - Tradisi panahan jemparingan masih digemari masyarakat Kota Cirebon. Olahraga jemparingan merupakan panahan menggunakan busur dengan gaya tradisional.

Didin Kamsudin selaku pembina komunitas panahan jemparingan Cirebon mengatakan, olahraga panahan tradisional tersebut berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

\"Komunitas olahraga panah Jemparingan ini sudah tersebar di seluruh Indonesia. Kalau di Kota Cirebon anggotanya baru ada tiga puluh orang dari kalangan muda, remaja hingga orang tua,” katanya, Kamis (16/4).

Didin menuturkan, para anggota komunitas panah Jemparingan Cirebon ini rutin berlatih sebanyak tiga kali dalam seminggu yakni hari Selasa, Kamis, dan Sabtu.

\"Saat latihan para anggota hanya berbusana kaos, namun harus memakai blangkon atau iket. Namun jika mengikuti lomba atau biasa disebut Gladen, peserta atau pemanah wajib menggunakan busana adat daerah masing-masing,\" tuturnya.

Dijelaskan Didin, penilaian dalam memanah dilakukan dengan cara yang sederhana. Yaitu dengan memanah sasaran benda mirip lontong (bandul) yang pucuknya diberi warna merah dan bawahnya warna putih.

\"Tradisi jemparingan ini guna melatih ketajaman konsentrasi dalam melesatkan anak panah. Eksistensi tradisi ini semakin menjamur mengingat panahan juga merupakan olahraga yang bukan hanya berfungsi untuk latihan fisik namun juga latihan jiwa,\" jelasnya.

Didin menambahkan, olahraga tradisional panah Jemparingan ini sudah masuk ke Federasi Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia (FORMI) Kota Cirebon.

\"Untuk Kota Cirebon latihannya masih di halaman parkir belakang kantor Dinas Komunikasi Informatika dan Statistika (DKIS). Karena kami belum punya tempat latihan yang tetap. Saya berharap olahraga ini tidak punah, dan dapat diminati oleh setiap lapisan masyarakat di kota,\" pungkasnya.

Perlu diketahui, tradisi panah Jemparingan telah ada sejak zaman kerajaan ratusan tahun silam. Tradisi ini dimainkan para bangsawan kerajaan dan juga keluarganya. Raja Mataram pun menjadikan permainan ini sebuah perlombaan wajib di wilayah kerajaan kala itu.

Seiring berjalannya waktu, tradisi ini mulai dimainkan rakyat biasa menjadi hiburan dan juga pelestarian budaya yang sangat berharga. Tradisi panahan jemparingan ini terus bertahan meski dalam beberapa waktu sempat meredup. (rdh)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: