Selain Go Online, Pasar Mesti Menerapkan Physical Distancing, Pedagang Aman, Pembeli Nyaman

Selain Go Online, Pasar Mesti Menerapkan Physical Distancing, Pedagang Aman, Pembeli Nyaman

Menurut Gandi -sapaan akrabnya- adanya peran baru membuat ia lebih aktif mengecek smartphone. Karena, hampir setiap saat ia menerima notifikasi dari pelanggan yang ingin memanfaatkan layanan belanja online.

\"Tak jarang juga kita dapat komplain. Misalnya karena kondisi barangnya yang kualitasnya kurang bagus. Kayak bawang merah kan sekarang stoknya kecil-kecil, dan harganya sedang mahal. Beberapa pembeli ada yang menolak dan mengembalikan lagi,\" ungkapnya.

Padahal, menurut Gandi, kondisi bawang merah memang rata-rata seperti itu. Terkait harga, juga setiap hari ia melakukan update. Biasanya ia mengirimkan catatan harga seluruh komoditas kepada pelanggan. Namun tetap saja, hal itu juga memicu protes.

\"Namanya pasar induk. Harganya setiap hari berubah. Bahkan harga malam dan siang juga berubah. Tapi pembeli kan kalau maunya harganya segitu ya maunya segitu. Sementara kita yang beli dari pedagang kan, terpaksa harus nombok dulu,\" ujarnya.

Layanan Pasar online di Pasar Induk Jagasatru, hanya dilayani oleh beberapa orang staf saja. Bahkan untuk pengiriman ke pembeli, hanya dilayani oleh tiga orang saja. Mereka dibagi untuk mengirimkan belanjaan ke wilayah Harjamukti, Kesambi dan Kejaksan dan Lemahwungkuk.

Dalam melakukan pengantaran pesanan kepada pembeli, biasanya mereka memanfaatkan kendaraan roda tiga supaya bisa menampung lebih banyak barang belanjaan. Yang kebanyakan adalah sayuran dan kepokmas lainya.

Lantaran keterbatasan ini, pihaknya hanya membatasi order hanya untuk 20 pelangggan saja setiap harinya.

MEMBIASAKAN HAL BARU

Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kota Cirebon, H Agus Saputra menyadari sulitnya menerapkan physical distancing di pasar. Oleh karenanya, kesadaran terhadap protokol kesehatan itu mutlak diperlukan oleh masyarakat saat berada di pasar. Membiasakan hal baru memang menjadi pekerjaan rumah saat ini.

Pengelola pasar juga pastinya akan kesulitan mengatur mobilitas pedagang dan pengunjung selama berada di pasar.

\"Sebenarnya bisa saja dilakukan. Misalnya dengan penjadwalan pedagang. Misalnya hari ini jualan, besoknya libur dan kemudian berjualan lagi. Itu sebenarnya bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona,\" ungkapnya.

Hanya saja, kata Agus, pengelola pastinya akan kesulitan mengatur supaya pedagang mau mengikuti aturan tersebut. Karena para pedagang telah terbiasa dengan praktik yang berlaku sebagaimana lazimnya. Namun di tengah wabah covid-19 ini, segala ikhtiar perlu dilakukan.

\"Padahal dengan adanya jam operasional seperti sekarang, terjadi penumpukan pengunjung di jam jam tertentu,\" ucapnya.

Agus pun mengapresiasi langkah Perumda Pasar yang membuka layanan pasar online. Dengan begitu, pengunjung yang datang ke pasar pun semkin berkurang tanpa mengurangi omzet pendapatan pedagang.

\"Tapi yang harus kerja keras memang karyawanya. Sementara baik pedagang dan pembeli merasa terbantu. Mungkin di pasar pasar lain juga perlu digencarkan lagi,\" pungkasnya. (abd/awr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: