Pemilik Motor Bison dan Punya Toko Jadi Penerima BLSM
KUNINGAN – Penyaluran dana BLSM di Kabupaten Kuningan mulai tidak kondusif. Dari beberapa desa yang telah mendapatkan jatah kompensasi penaikan harga BBM tersebut, banyak yang tidak tepat sasaran. Bahkan ditemukan salah seorang pemilik sepeda motor Yamaha Bison bisa mengantongi uang Rp200 ribu. Fenomena ini terjadi di Desa Tinggar Kecamatan Kadugede. Cukup banyak warga yang terbilang mampu, namun mendapatkan dana BLSM. Menurut salah seorang warga setempat, Udin, jika dipersentasekan, 85 persen salah sasaran. “Untuk data kongkretnya saya tidak tahu berapa total penerima BLSM di Desa Tinggar. Yang jelas lebih dari 70 orang. Dari total penerima dana tersebut hampir 85 persen tidak tepat sasaran,” kata Udin kepada Radar, kemarin (1/7). Sebagai warga setempat ia tahu betul siapa-siapa saja yang berhasil menggondol dana BLSM. Sebagian besar berasal dari kalangan mampu. Selain pemilik sepeda motor Yamaha Bison, ada juga pemilik warung yang punya banyak koleksi emas tapi menerima BLSM. “Ada juga warga yang berprofesi patukangan. Saya tahu berkemampuan tapi ternyata dapet juga. Kondisi ini saya pikir memprihatinkan,” ungkapnya. Ironisnya, warga lain yang kondisinya betul-betul kurang mampu malah tidak mendapatkan BLSM. Udin menemukan setidaknya 10 orang lebih warga yang seharusnya mendapatkan dana tersebut. Salah satu di antaranya seorang janda yang usianya sekitar 78 tahun. “Bu Karti, beliau itu lansia yang sangat membutuhkan uluran tangan. Tapi sama sekali tidak mendapatkannya. Kalah sama orang-orang yang mampu,” ketusnya. Begitu pula Juned (37) yang istrinya sakit-sakitan, bernasib sama dengan Karti. Pria yang mencari nafkah serabutan itu sama sekali tidak masuk data sebagai penerima BLSM. “Ada juga Pak Sueb, tukang tambal ban. Beliau mengurusi 3 anaknya seorang diri dengan penghasilannya yang kurang. Tapi tidak terdata,” tutur Udin. Tidak hanya di Tinggar, di Desa/Kecamatan Kadugede pun berkondisi sama. Cukup banyak warga yang berhak, malah tidak mendapatkan BLSM. Sebaliknya justru orang-orang berkemampuan malah bisa menerimanya. Kebanyakan warga lanjut usia berstatus janda. “Ada 4 janda di RT 05 Dusun Manis seperti Mak Ombah (65), Mak Arinah (63), Mak Enah (63) dan Mak Imu (68). Ada juga pria duda Ki Elon (72) yang tidak menerima BLMS, kasihan,” kata salah seorang warga Kadugede, Didi Harbot. Kelima warga tersebut menyalahkan pemerintah atas penyaluran tersebut. Sebab cukup mencolok, seorang ketua RT yang memiliki 2 unit sepeda motor malah menerima BLSM. Sementara orang yang sudah tidak kuat lagi berusaha mencari nafkah malah diterlantarkan begitu saja. “Karena kelima warga tersebut memelas, saya langsung mendatangi kuwu. Tapi ternyata jawabnnya, pendataan yang dilakukan BPS tanpa koordinasi dengan pihak desa,” ungkap Didi. Kepada siapapun yang terkait dengan pendataan BLSM, Didi meminta agar diturunkan tim sensun yang benar. Sebab dengan kejadian tersebut muncul konflik khorizontal antar warga. Satu pihak banyak warga mampu menerima, di pihak lain justru ada pula warga tidak mampu yang tidak menerimanya. “Ada juga warga yang sudah meninggal malah terdata sebagai penerima BLSM. Ini kan sangat ironis. Ketidaktepatsasaran ini saya minta agar ditindaklanjuti oleh para pihak terkait,” ketusnya. (ded)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: