Waspada Banjir Rob di Sepanjang Pantura

Waspada Banjir Rob di Sepanjang Pantura

JAKARTA-Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau warga untuk siaga dan waspada menghadapi sejumlah fenomena alam yang dapat memicu bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan rob.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Raditya Jati menyebut, Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB terus memonitor kejadian banjir di sejumlah wilayah pada Sabtu (6/6) lalu. Seperti banjir melanda wilayah seperti di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan.

Banjir, sambungnya, dipicu salah satunya oleh intensitas hujan tinggi sehingga debit air sungai setempat meluap.

Jati juga menyinggung soal banjir rob. Saat ini Pusdalops BNPB juga memantau fenomena rob akibat pasang air laut di wilayah Jawa Tengah pada Jumat lalu (5/6). ”Ada enam wilayah di Jawa Tengah yang mengalami hal ini. Yakni Kota Tegal dan Semarang, Kabupaten Batang, Demak, Kebumen, Pemalang, Brebes dan Kendal,” jelasnya.

Di wilayah DKI Jakarta, warga juga diimbau untuk siaga dan waspada terhadap bahaya rob. Pusdalops memantau rob di wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu.

Nah, berdasarkan pantauan melalui aplikasi wxTide, potensi pasang tertinggi pada 8 hingga 9 Juni di wilayah Jakarta. ”Rob terjadi hampir di sepanjang wilayah Pantai Utara atau Pantura Jawa dan beberapa titik di wilayah Provinsi Banten dan Jambi,” terangnya.

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memonitor adanya peningkatan aktivitas seismisitas di wilayah Morotai, Maluku Utara, selama Mei 2020 sehingga wajar jika terjadi gempa kuat seperti yang terjadi pada Kamis (4/6) dengan magnitudo 6,8. ”Wajar jika di zona aktif gempa yang terjadi sebulan sebelumnya, kini terjadi gempa kuat,” jelas Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono.

Gempa Morotai, Maluku Utara, bermagnitudo 6,8 dengan kedalaman 111 km yang terjadi pada Kamis pukul 15.49.40 WIB lalu berdampak menimbulkan kerusakan pada ratusan bangunan di Kabupaten Pulau Morotai.

Hingga kemarin, monitoring BMKG menunjukkan adanya lima kali aktivitas gempa susulan. Magnitudo gempa susulan terbesar 4,8 dan terkecil 2,9. Gempa susulan terakhir tercatat pada pukul 10.58.23 WIB berkekuatan magnitudo 3,9.

Daryono menambahkan, minimnya jumlah aktivitas gempa susulan di Morotai disebabkan karena karakteristik batuan pada Lempeng Laut Filipina sangat homogen dan elastis (ductile). Sifat elastis pada batuan ini yang menjadikan batuan tidak rapuh, sehingga gempa susulan yang terjadi di Morotai sangat sedikit. (fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: