Sekolah Terpaksa Pangkas Rombel

Sekolah Terpaksa Pangkas Rombel

SEJUMLAH sekolah seperti SMPN 18 Cirebon, SMPN 9 Cirebon dan juga SMAN 9 rombel akhirnya memangkas jumlah rombongan belajar (rombel) dari yang sudah direncanakan. Itu dilakukan karena jumlah siswa yang diterima sedikit, sehingga tidak memenuhi kuota yang telah disediakan. Kepala SMPN 18 Cirebon, Kamid mengatakan, dari 360 kursi yang disiapkan, jumlah siswa yang mendaftar dan dinyatakan diterima hanya sebanyak 169 siswa. Artinya, rencana 9 rombongan belajar berubah menjadi hanya 5 kelas. “Itu pun kelas kurus, masing-masing kelasnya sekitar 34 siswa,” ujarnya, kemarin. Lebih lanjut dikatakan Kamid, akibat pemangkasan rombel tersebut ada sekitar 3 guru yang jumlah jam mengajarnya kurang dari 24 jam. Bila dibandingkan dengan tahun lalu, memang jumlah siswa yang diterima tidak begitu mengalami penurunan yang signifikan. Karena tahun lalu, lanjut Kamid, SMPN 18 hanya membuka 5 rombel. Namun sekarang, dirinya membuka 9 rombel. “Langkah tersebut dilakukan atas dasar untuk memenuhi jam mengajar guru harus 24 jam,” ujarnya. Dikatakan Kamid, banyak hal yang menyebabkan hal ini terjadi. Mulai dari aturan yang membatasi jumlah siswa dari jalur gakin dan juga luar kota. “Karena sebenarnya kalau hanya mengandalkan siswa dalam kota saja, ya yang bisa terpenuhi hanya setengahnya. Karena banyak juga siswa kita yang bersekolah di kota namun berdomisili di kabupaten. Pembatasan inilah yang juga menjadi salah satu faktor,” lanjutnya. Hal serupa terjadi di SMPN 9 Cirebon. Yang seharusnya membuka 8 rombel, akhirnya hanya terpenuhi 6 rombel. Hal tersebut terjadi karena siswa yang terdaftar hanya 256 sementara kursi yang tersedia sebanyak 320. Hal itu dibenarkan Kepala SMPN 9 Cirebon, Elang Tomi. Tomi mengatakan, hal tersebut terjadi akibat aturan yang begitu ketat. Pasalnya, puluhan calon siswa dari jalur gakin terpental lantaran jalur gakin dibatasi hanya 57 siswa. Padahal, di daerahnya, diakui Tomi banyak keluarga miskin yang ingin bersekolah. “Hanya 6 kelas karena korban aturan. Kalau kuota gakinnya dinaikan, sebenarnya kita ideal, kelas bisa terpenuhi semua,” lanjutnya. Lebih lanjut dijelaskan Tomi, kemungkinan besar pihaknya akan kembali mengakomodasi calon siswa di lingkungannya yang kala pendaftaran jalur gakin terpental. Langkah tersebut pun akan dikonsultasikan pada dinas pendidikan. “Gakin yang terpental akan coba kita akomodir kembali. Ada sekitar 35 siswa yang terpental dan khawatirnya itu mayoritas warga sini,” lanjutnya. Dia pun berharap kejadian ini bisa menjadi evaluasi untuk pelaksanaan PPDB tahun depan. Dikatakannya, bila sistem online masih belum maksimal, tidak ada salahnya sistem pendaftaran kembali ke manual. “Kalau hanya online-onlinenan seperti ini dan amburadul akhirnya, lebih baik kembali ke manual,” tukasnya. Sementara kekosongan siswa terjadi di SMAN 9 Cirebon, Dari kuota 320 siswa yang disediakan, hanya 111 yang diterima. Itu berarti SMAN 9 Cirebon kekurangan sekitar 209 siswa. Sementara rombel yang direncanakan sebanyak 8 kelas. Kemungkinan pendistribusian siswa hanya mencukupi hingga 4 kelas. Saat hendak ditemui di ruang kerjanya, kepala SMAN 9 Cirebon, Drs Dena Hendiana tidak ada di tempat. Begitu juga saat dihubungi melalui sambungan teleponnya, ponsel yang bersangkutan dalam kondisi tidak aktif. (kmg)   FOTO: ILMI YANFA’UNNAS/RADAR CIREBON CEK NAMA. Sejumlah siswa didampingi orang tua masing-masing melihat pengumuman PPDB, kemarin.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: