Perguruan Tinggi Besar Juga Masih Salah Kaprah Terapkan Perkuliahan Online

Perguruan Tinggi Besar Juga Masih Salah Kaprah Terapkan Perkuliahan Online

JAKARTA - Mantan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kabinet Indonesia Kerja, Prof M Nasir menilai pendidikan jarak jauh (PJJ), atau e-learning yang diterapkan perguruan tinggi saat ini salah kaprah.

Perguruan tinggi terbesar dan terhebat sekalipun yang ada di Indonesia, masih belum tepat menerapkan metode pembelajaran ini.

\"Begitu ada pandemi COVID-19 hampir semua perguruan tinggi break, jatuh mereka. Semua kebingungan. Bagaimana ini caranya melakukan pembelajaran, karena belum pernah menerapkannya,\" ujar Nasir saat memberikan orasi ilmiah dalam rangka Dies Natalis Universitas Terbuka (UT) ke-36 secara virtual.

Dijelaskannya, kebingungan itu karena mereka harus melakukan perubahan kegiatan belajar mengajar (KBM), sesuai dengan kondisi yang baru.

\"Akhirnya mereka mengambillah metode e-learing. Namun setelah itu mereka masih bingung bagaimana membuat metode belajar e-learning yang benar, mereka kesulitan. Karenanya yang terjadi kemudian salah kaprah,\" lanjut Staf Khusus Wakil Presiden ini. Letak salah kaprahnya ialah sistem e-learning dianggap sama atau sekedar setara, dengan belajar online atau distance learning.

Perkuliahan tatap muka 100 persen dibawa ke online learning, dengan durasi yang ketat dan terikat pada jam tertentu. Begitu pula dosen dan mahasiswa juga terikat dengan aturan waktu seperti belajar tatap muka, ditambah lagi dengan tidak ada kesiapan materi untuk pembelajaran e-learning.

\"Ini yang terjadi. Karena kebingungan, e-learning hanya sekadar memindahkan metode belajar tradisional ke belajar online. Kan tidak begitu yang benar. Ini salah kaprah terjadi karena tidak siap. Akhirnya bukannya membuat fleksibel dan meringankan tapi malah membuat semuanya terbebani,\" tambahnya.

Dicontohkannya, saat ini nyaris semua sekolah mulai dari perguruan tinggi hingga tingkat dasar, ramai-ramai mengggunakan aplikasi semacam Zoom, WhatsApp, Google Meet, MS Team, Google Classrom dan lainnya.

\"Kalau menggunakan itu dianggapnya sudah e-learning, padahal tidak benar.  Itu karena dosen masih terikat pada waktu yang kaku, mahasiswa juga dipaksa mengikuti pelajaran pada jam tertentu seperti lazimnya tatap muka. Ini diperparah lagi teknologi belum siap. Itu yang kita hadapi sekarang,\" tegasnya.

Lembaga pendidikan di Indonesia harusnya memiliki metode atau suatu platform dalam Learning Management System (LMS) yang diterapkan secara bersama dan konsisten. (yud/jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: