Capaian tertinggi disusul Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) sebesar 5,51% (yoy) yang mengindikasikan pulihnya optimisme dan daya beli masyarakat pasca pandemi.
Peningkatan nilai ekspor memberikan kontribusi signifikan pada pertumbuhan ekonomi sekaligus memperlihatkan capaian surplus neraca perdagangan.
Pada Q1-2022, neraca perdagangan tercatat mengalami surplus sebesar USD9.33 miliar dan pada Q2-2022 menorehkan surplus sebesar USD15.55 miliar atau meningkat 148,01% (yoy).
BACA JUGA:Hadirkan Ragam Budaya dalam Peringatan HUT ke-77 Provinsi Jawa Barat
Neraca perdagangan Indonesia telah konstan mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut dengan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah Republik Indonesia pada bulan April 2022 dengan nilai ekspor mencapai USD7.56 miliar.
Dengan terjaganya stabilitas surplus neraca perdagangan, tingginya cadangan devisa, dan rasio utang yang masih berada pada level aman dapat diindikasikan bahwa sektor eksternal Indonesia tumbuh dengan baik dan terkendali.
Selain itu, leading indicator lain juga turut menunjukkan perbaikan yang signifikan seperti tingkat inflasi per Juli 2022 yang terjaga pada kisaran 4,94% atau relatif lebih rendah dibanding banyak negara lainnya, Indeks Keyakinan Konsumen tetap berada dalam zona optimis di angka 123,2, serta Indeks Penjualan Riil (IPR) sebesar 204,9 atau meningkat 8,7% (yoy).
Iklim dunia usaha juga kian menunjukkan optimisme dalam pemulihan yang ditandai dengan Purchasing Manager’s Index (PMI) yang terus tercatat mengalami ekspansi lebih kuat pada bulan Juli dengan capaian sebesar 51,3 poin.
BACA JUGA:Putri Candrawathi Resmi Jadi Tersangka, Komnas HAM dan Komnas Perempuan akan Tetap Lakukan Ini..
Dari sisi kredit perbankan juga mengalami pertumbuhan mencapai sebesar 10,66% secara tahunan pada Juni 2022. Capaian ini bahkan melampaui capaian kredit sepanjang 2021 yang tumbuh 5,2%.
Pertumbuhan kredit diikuti dengan rasio NPL yang tetap terjaga di kisaran 3,04% secara bruto dan 0,85% secara neto. Perbaikan penyaluran kredit tersebut terutama ditopang oleh kredit produktif yaitu kredit modal kerja dan kredit investasi, serta sebagian besar sektor ekonomi.
Dengan keberhasilan yang diperlihatkan dalam penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional, Pemerintah Indonesia juga telah mendapatkan apresiasi dari negara-negara lain dan lembaga internasional, diantaranya yakni pengakuan atas sistem pertanian dan pangan yang tangguh serta swasembada beras melalui penggunaan teknologi inovasi padi dari International Rice Research Institute.
Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara selain Jerman, Denmark, Bangladesh, Barbados, dan Senegal dalam Champions Group of the Global Crisis Response Group (GCRG) yang ditugaskan secara proaktif untuk merumuskan berbagai kebijakan global dan menavigasi krisis multidimensional terutama mengatasi krisis pangan, energi, dan keuangan.
BACA JUGA:Akhirnya, Berkas Irjen Pol Ferdy Sambo dan Tiga Tersangka yang Lain Dilimpahkan ke JPU Kejagung
Selain itu, sebagai Presidensi G20 tahun ini, Indonesia juga dihadapkan pada harapan global dalam memimpin dan mengakselerasi pemulihan perekonomian dan keuangan global pasca pandemi serta mampu menghadirkan concrete deliverables sebagai solusi dan aksi nyata untuk harapan hidup yang lebih baik.
Kemudian, Indonesia juga kembali terpilih sebagai Chairman ASEAN 2023, sehingga melalui kepemimpinan Indonesia juga diharapkan mampu mengatasi tantangan dan risiko dalam pemulihan ekonomi kawasan serta menciptakan ekonomi kawasan yang lebih kuat, kompetitif, dan berkelanjutan.