Pada musyawarah itu, para wali sepakat untuk bekerjasama dan satu visi dalam penyebaran Agama Islam di tanah Jawa.
BACA JUGA:John Terry dan Alessandro Nesta Bentrok di Stadion Chandrabaga
BACA JUGA:Ridwan Kamil Paparkan Potensi Investasi di Kawasan Rebana
Namun, ada satu wali yang tidak sependapat dan menentang keputusan dalam rapat yakni Syekh Lemahabang.
Meski cerita mengenai musyawarah Wali Songo ini hanya dari sumber tutur, tetapi ada beberapa peninggalan yang dikaitkan dengan peristiwa ini.
Yakni, batu di dekat Balai Desa Linggarjati yang merupakan tempat beristirahat Sunan Gunung Jati. Kemudian Batu Lingga yang berada di Gunung Ciremai, tempat Sunan Gunung Jati bermusyawarah.
Setelah selesai bermusyarah, para wali kemudian turun dan mengislamkan warga di Desa Gede. Sekaligus mengganti nama desa tersebut menjadi Linggarjati.
BACA JUGA:Siswi MA Al-Hikmah Juara 1 Lomba Vlog di Ajang Edufest 2022 Tingkat Nasional
BACA JUGA:Luar Biasa! Toprak Razgatlioglu Menjadi Tercepat di WSBK Mandalika 2022
Nama Linggarjati tersebut diusulkan oleh Sunan Bonang, dengan alasan bahwa sebelum Sunan Gunung Jati sampai ke puncak Gunung Gede, sempat beristirahat dan meninggalkan tempat istirahat menuju puncak.
Kejadian ini, disebut Linggar atau berangkat. Karenanya Linggarjati berarti Linggar yakni tempat Sunan Gunung Jati pergi dari tempat istirahat.
Kemudian Jati diambil dari nama belakang Sunan Gunung Jati. Yang kemudian menjadi nama desa yakni Linggarjati.
Konon katanya sejak itulah Desa Gede dikenal dengan nama Desa Linggajati atau Linggarjati dan Gunung Gede sejak itu pula lebih dikenal dengan nama Gunung Cereme.
BACA JUGA:Dongkrak Kunjungan Wisman, BRI Berikan Fasilitas Pembayaran Online dalam e-Visa
Penggunaan nama ini, diambil dari kata Mangcereman (Musyawarah) dan pada masa penjajahan Belanda Gunung Cereme di populerkan dengan nama Gunung Ciremai.