1 Malaysia v Indonesia 1, Belajar dari Pengalaman atau Trauma Dibayar Drama

Jumat 20-12-2013,10:39 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

NAYPYITAW - Pelatih Rahmat Darmawan mungkin sudah menduga bahwa pertandingan tadi malam melawan Malaysia pada semifinal SEA Games 2013 di Zeyar Thiri Stadium, Naypyitaw, bakal berakhir lewat adu penalti. Makanya, dia sudah menyiapkan anak asuhnya sejak sehari sebelum pertandingan untuk adu penalti. Dan memang benar, adu penalty lah yang menjadi penentu kemenangan Indonesia tersebut. Jika dua tahun lalu Indonesia menjadi pecundang, maka kali ini gantian Malaysia yang menjadi pecundang. Seakan sejarah berulang, Indonesia kali ini yang memenangi adu penalti dengan skor 4-3 (1-1 dari waktu normal). Kejadian yang sama seperti ketika final SEA Games 2011 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta. Bedanya, hanya skor akhir yang berkebalikan untuk kekalahan tim Harimau Malaya, julukan Malaysia. Dari lima penendang Indonesia, hanya Manahati Lestusen yang gagal menjalankan tugasnya. Seharusnya, Indonesia bisa menghindari adu tendangan penalti jika mampu menjaga keunggulan satu gol atas Malaysia pada pertandingan normal 2x45 menit. Indonesia sempat leading satu gol melalui tendangan winger Bayu Gatra Sanggiawan pada menit ke-31. Setelah itu, tercatat lebih dari dua kali peluang harusnya bisa dimanfaatkan menjadi gol. Sayangnya, keunggulan tersebut tidak bisa dipertahankan ketika Thamil Arasu Ambumamee menyeimbangkan keadaan di menit ke-84. Untungnya, dengan permainan yang sedikit menurun jika dibandingkan babak pertama, Kurnia Meiga Hermansyah dkk masih mampu menahan laju serangan Malaysia di babak perpanjangan waktu. Hasil tersebut membuat Indonesia menghadapi Thailand di final SEA Games. Itu setelah Thailand menang 1-0 atas Singapura. Keberhasilan Indonesia mengakhiri adu tendangan penalti ini sama dengan memutus traumanya di beberapa ajang terakhir. Dua bulan lalu, masih segar di ingatan penggawa Timnas U-23 kala mereka dihempaskan Maroko pada Islamic Solidarity Games (ISG) di Palembang, dengan adu tendangan penalti. Luka itu semakin menambah traumanya pasca final SEA Games 2011. Hanya, kini Timnas U-23 bisa mengobati lukanya dan percaya diri melakoni adu tendangan penalti. Setelah pertandingan, RD -sapaan akrab Rahmat Darmawan- mengacungi jempol kepercayaan diri anak asuhnya di dalam mengambil tendangan penalti. \"Saya masih ingat, pada saat laga final SEA Games 2011 di Jakarta lalu, banyak pemain yang menolak untuk mengambil posisi sebagai algojo penalti. Tapi, malam ini, mereka semuanya siap dan tidak satu pun yang menolak ketika saya tunjuk. Ini yang saya acungi  jempol,\" ujar pelatih kelahiran Lampung tersebut. Lebih lanjut, RD mengakui bahwa secara permainan anak asuhnya sedikit memiliki keunggulan dari Malaysia. Salah satunya dari lamanya waktu bagi mereka untuk recovery. Indonesia punya dua hari untuk beristirahat, sedangkan Malaysia yang notebene sebagai pemenang Grup B harus istirahat sehari saja. Terkait dengan calon lawannya, Singapura atau Thailand dianggapnya sama-sama mempunyai keunggulan. \"Kalau saya disuruh memilih lawan siapa, saya tidak mau melawan siapa-siapa, kalau bisa langsung menang. Yang jelas, siapapun lawannya, kami akan siap mengamankan second chance ini,\" koarnya. Sementara itu, Malaysia begitu terpukul dengan kekalahan atas Indonesia lewat adu tendangan penalti ini. Berbeda dengan RD yang baru menentukan formasi adu tendangan penaltinya hanya beberapa menit sebelum eksekusi dimulai, maka Malaysia sebenarnya sudah menentukan susunan pemainnya. Hanya, pelatih Malaysia, Dato Ong Kim Swee mengakui bahwa skenario yang mereka tentukan di komposisi penendang penalti tidak berjalan sesuai rencana. \"Tidak ada yang disalahkan dari adu tendangan penalti. Semua yang saya pilih sebagai algojo, mereka semua sudah merupakan yang terbaik di tim ini,\" pungkasnya. (ren/dra/mid)

Tags :
Kategori :

Terkait