Hal lain yang janggal ialah soal jarak saat salat hingga pakaian jemaah yang diketahui menggunakan pakain formal yakni jas dan berdasi.
Menurutnya, hal itu mencerminkan kesan eksklusif dari Al-Zaytun dan itu tidak sesuai dengan ketentuan berpakaian saat beribadah.
“Ketentuannya salat berjemaah justru harus dirapatkan. Terus pakai jas dasi mencerminkan eksklusif, mereka itu sangat eksklusif. Kalau masyarakat umum enggak mungkin salat pakai jas dasi segala disamping, enggak ada ketentuannya,” jelasnya.
“Salat itu memang menutup aurat ya, kedua dianjurkan pakai pakaian yang layak yang bagus tapi bukan berarti pakaian resmi jas berdasi gitu. Kalau jas dasi, bayangkan jika masyarakat pakai, beli dari mana memberatkan, jadi itu ciri eksklusif mereka gitu,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia pun menyayangkan dengan munculnya kontroversi dari Ponpes Al-Zaytun. Padalah, kata dia, umat Islam baru saja merayakan Hari Raya Idulfitri 1444 Hijriah namun kemunculan video salat id tersebut membuat gaduh masyarakat.
“Yang harus direnungkan ini, ada apa Al-Zaytun ini tiba-tiba viral hal kontroversi padahal umat baru saja Idulfitri ya, tapi Alhamdulillah umat sudah dewasa, Idulfitri berjalan baik yang Jumat maupun Sabtu dengan khidmat,” terangnya. (jpnn)