CIREBON, RADARCIREBON.COM – Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon sudah lama menetapkan Bahasa Cirebon sebagai mata pelajaran muatan lokal (mapel mulok).
Setiap SD hingga SMP diwajibkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon untuk menambah mapel Bahasa Cirebon satu kali pertemuan dalam seminggu.
BACA JUGA:Waspada! Dua Bibit Siklon Tropis Mendekati Wilayah Indonesia
“Memang kita sudah instruksikan seluruh sekolah SD dan SMP di bawah kita untuk wajibkan mapel bahasa Cirebon minimal 2 jam untuk SMP dan 1 jam SD sekali pertemuan dalam seminggu,” ujar Kasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMP Disdik Kabupaten Cirebon Muhamad Rukhyat Zain.
Secara teknis, pihaknya hanya memfokuskan dua kurikulum mulok, yakni bahasa Sunda dan Cirebon. Namun tak dipungkiri, jika sekolah juga berhak menambah mulok sesuai kebutuhan.
“Nah untuk waktu atau hari mapel bahasa Cirebon diserahkan ke sekolah yang mengatur. Begitu pun dengan gurunya,” terangnya.
BACA JUGA:Keren! Aksi Heroik Anggota Arhanud, Tangkap Dua Pelajar Pembegal Bercelurit
Meski demikian mapel mulok Bahasa Cirebon dalam sekali pertemuan dinilai belum optimal karena tak membuat siswa cepat memahami Bahasa Cirebon.
Sejumlah Budayawan Cirebon ditengarai tengah berinisiasi membuat buku Bahasa Cirebon yang akan ditawarkan ke pemerintah daerah sebagai kurikulum pembelajaran.
Kondisi tersebut juga disadari Rukhyat. Ia mengaku kesulitan mendapatkan guru Bahasa Cirebon.
BACA JUGA:Siap-siap! Jokowi Akan Cek Kondisi Jalan di Provinsi Lampung
Sehingga pengambilan guru bahasa Cirebon diserahkan kepada kebijakan sekolah masing-masing.
Upaya melahirkan sarjana bahasa Cirebon, ia mengaku, telah berkoordinasi dengan Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) agar perguruan tinggi membuat program studi bahasa Cirebon. Namun, hingga kini belum ada satu pun perguruan tinggi yang mau merealisasikan.
“Sebenarnya ada sih, universitas yang ingin membuka prodi bahasa Cirebon, tapi mereka khawatir sepi peminat,” ungkapnya.
BACA JUGA:Tangani Semburan Api di Rest Area, Pengelola Tol Cipali Lakukan Langkah Ini
Meski demikian, Rukhyat berharap, pelestarian bahasa Cirebon melalui pembelajaran di sekolah tetap harus dilakukan karena dapat meningkatkan karakter siswa.
Ia pun mengimbau para pengajar mengajarkan mapel bahasa Cirebon sampai tahap budi pekerti siswa.
“Contohnya ketika guru memanggil siswa, siswa diajarkan untuk menjawab enggih dengan badan menunduk.”
“Itu menandakan siswa tidak hanya memahami arti bahasa bebasan tetapi juga sikap dalam berkomunikasi,” pungkasnya. (sam)