BACA JUGA:Terima Laporan AD, Polres Metro Bekasi Langsung Bergerak Usut Kasus Ajakan Staycation
Yang paling menarik perhatian publik jika di balik sikapnya yang rendah hati, ia memilih tidak suka foya-foya. Ia tidak membeli tas branded, kendaraan dan rumah mewah.
Apa yang Siti Aisyah lakukan? Ia justru memilih sedekah saja.
Ungkapannya itu diunggah dalam tayangan YouTube Cinta Quran. Sebagai pengusaha yang sukses ia mengaku senang berbagi. Karena hal itu sebagaimana menjadi tuntunan Islam.
Hal itu pula lah yang membuat dirinya dan seluruh keluarganya semakin tenang dan bahagia. Apalagi ia sudah meyakini kalau semua kehidupan yang dijalaninya sebagai kehendak dan digerakkan oleh Allah.
Ada pernyataan lain yang menarik dari Siti Aisyah. Ia tak ingin "masuk surga sendirian". Itu sebabnya ia menularkan kebiasaan baik kepada anak-anaknya. Hal itu sebagaimana orangtuanya menularkan kebiasaan baik pada dirinya.
Apalagi terbukti, hartanya tak pernah berkurang dan tak pernah habis. Bahkan malah terus bertambah. Ia pun mengaku sudah bosan menjadi orang kaya banyak uang.
“Kan sesuai janji Allah. Berbagi 1 diganti 10. Ada yang lebih dalam lagi Al Baqarah, 1 diganti 700 kali. Kenapa harus takut? Kenapa harus pelit di jalan Allah?” ujarnya.
Bosan menjadi kaya juga dialami miliuner bernama Jane Park. Ia pemenang lotre Rp 18,5 miliar dan kerap mengaku bosan berlimpah kekayaan lantaran tidak melakukan kegiatan apapun di kesehariannya.
Tidak bekerja karena uangnya masih banyak. Karena itulah ia mencari-cari pekerjaan untuk mengisi waktu luangnya.
Dilansir dari Mirror, Rabu (1/5/2019) Jane Park memenangkan lotre ketika masih berusia 17 tahun. Saat awal-awal mendapat uang, ia merasa sangat senang. Namun, saat dirinya beranjak dewasa, ia baru menyadari bahwa punya uang sebanyak itu membosankan.
Apalagi ia telah menggunakan uangnya untuk memenuhi semua keperluan hidupnya seperti mobil, liburan, investasi, dan properti. Selain mengeluarkan uang kurang lebih Rp 929 juta untuk merombak penampilannya dengan melakukan operasi wajahnya agar lebih kinclong.
Nah, bagaimana dengan Anda? Bosan kaya atau bosan miskin? (*)