“Taruhannya Panji gumilang, ada jarum jatuh saja yang sifatnya negatif, tangkap Panji gumilang. Kalau perlu dari polisi ikut ke sini. Akhirnya terjadi. Berjalan,” katanya.
Pada kegiatan ibadah Natal itu, Syekh juga mengikuti. Bahkan ikut menyanyikan lagu-lagu. Baginya, hal tersebut biasa saja.
“Saya ikut nyanyi. Kok ikut nyanyi syekh? Saya nyanyi tidak harus jadi nasrani. Anda Natalan di Mahad Al Zaytun tidak harus jadi Islam,” tandas Syekh Panji, lugas.
Dia tidak menampik, bahwa kegiatan tesebut banyak yang menentang dan mempersoalkan. Tapi, baginya tidak masalah.
“Banyak yang menentang. Nggak ada apa-apa juga ditentang kok. Itulah kebenaran. Dan itu dijalankan, karena kita tekadnya pendidikan antar bangsa. Dan mars yang kita buat itu, hidup bersama. Menuju pendidikan antar bangsa. Pendidikan antar bangsa, pilar utamanya adalah global thinking,” bebernya.
Pemikiran hidup bersama tersebut, kata Syekh Al Zaytun, sangat penting untuk ditetapkan. Bahwa dunia ini, isinya macam-macam. Maka setia kawan harus global solidarity.
“Ada yang menerima rahayu ingkah pinanggih, ada yang menerima shalom aleichem. Ada yang menerima selamat pagi,” katanya.
Menurutnya, cara-cara seperti ini harus dibiasakan, karena pendidikan adalah pembiasaan. Dan Al Zaytun telah mengusung gagasan sebagai pusat pembelajaran hidup bersama.
BACA JUGA:HUKUMANNYA BERAT! Jamaah Haji Dilarang Keras Bawa Jimat atau Peluru, Perhatikan Penjelasannya
“Hidup bersama ini penting. Jangan pakai diembel-embeli apapun. Jangan diembeli agama, ideologi, apapun. Lepaskan itu semua. Hidup bersama,” bebernya.
Tapi, kata Syekh Panji Gumilang, hidup bersama perlu akhlak juga morality. Karena itu, sebagai Bangsa Indonesia, sudah semestinya menerapkan moral bangsa Indonesia. Budaya bangsa Indonesia.
Demikian cerita mengenai Natalan di Mahad Al Zaytun yang ditegaskan Syekh Panji Gumilang sebagai bentuk hidup bersama.