Sebab, bila nelayan Indonesia memiliki kapal-kapal ukuran 60 gross ton, tentu bisa meningkatkan penghasilan dan hasil ekspor.
"Ekspor kita tonasenya besar. Tapi uangnya sedikit. Hasil tangkapan nelayan kita banyak komplain, salmonela, dan lainnya," beber Dahlan Iskan ketika berkunjung.
Karenanya, bila kapal dengan pendingin jenis ABF tersebut dapat dioperasikan, sesungguhnya bakal jadi solusi untuk perikanan di Indonesia.
Sehingga kapal-kapal tersebut dapat melaut sampai ke Laut Arafuru dan perairan sekitar Ambon, yang melimpah ikannya.
BACA JUGA:H Faisal Kesal Banyak Wartawan, Rebecca Klopper Sampai Diusir dari Rumah Fadly?
"Kesulitan terbesar adalah nelayan menggunakan kapal tanpa cold storage, karena kapalnya kecil. Akhirnya kualitas ikan ketika sampai pelabuhan turun. Karena itu harganya murah," kata Dahlan Iskan.
Karena itu, kata Dahlan, jumlah ekspor ikan Indonesi dalam bentuk ton tinggi sekali, tapi nilai rupiah yang diterima kecil.
"Ini solusi, karena umumnya kapal itu 300 ton. Tapi kapal ini 600 ton. Sehingga bisa berada di tengah laut 15 hari, baru ke pelabuhan," katanya.
Selama 15 hari itu, di kapal ikan ditempatkan di ruang pendingin dengan suhu -60 derajat celcius. Sehingga menjaga kualitas tetap baik.
BACA JUGA:Biksu Thudong Menangis di Tegal, Sampai Angkat Jempol Kaki
"Kalau Indonesia punya kapal seperti ini, bisa ditaro di Laut Arafuru, sekitar Ambon. Maka ekspor kita akan besar dan kualitas bagus, uang lebih banyak," tandasnya.
Karenanya, Dahlan Iskan mengungkapkan terima kasih kepada Mahad Al Zaytun, karena telah memproduksi kapal nelayan yang besar.
Bahkan, Dahlan sempat berseloroh bahwa kapal besar tersebut bukanlah kapal Nabi Nuh. "Ini bukan kapal Nabi Nuh loh ya," sebut Dahlan, disertai tawa mereka yang turut hadir di lokasi.
Diharapkan, nantinya galangan kapal jumbo yang dibuat Mahad Al Zaytun tersebut dapat menjadi solusi untuk perikanan di Indonesia.