Di lahan pertanian itu, ditanam berbagai jenis tanaman seperti padi, jagung, kacang hijau, buah zaitun, hingga bawang.
Sebagai pendukungnya, Mahad Al Zaytun juga punya lahan peternakan. Sehingga mereka mampu mandiri secara pangan, setidaknya sumber pangan utama.
Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, untuk kebutuhan makan saja, dalam satu hari bisa membutuhkan berton-ton beras. Lantaran jumlah santri yang sedemikian banyaknya.
Dalam satu bulan, kebutuhan operasional pondok pesantren tersebut mencapai Rp10 miliar. Dan satu tahun perputaran uangnya Rp595,2 miliar.
BACA JUGA:TERUNGKAP! Tentara Inggris Ikut Lindungi Bandara Cakrabhuwana Cirebon dari Serangan Pesawat Musuh
Karenanya, lewat PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana, Mahad Al Zaytun berusaha untuk memiliki kemandirian di bidang lain, yakni di sektor perikanan.
Di kesempatan yang sama, Syekh Panji Gumilang mengungkapkan, progres pembangunan kapal pada Bulan September akan masuk 1,5 tahun.
Pembangunan demikian cepat, karena peralatannya disediakan. Ada crane 5 ton dan perangkat lainnya sebagai penunjang.
"Semuanya ini kami kerjakan sendiri, sampai pasang fiber. Desain kita kerjakan sendiri. Justru yang punya tamatan sekolah pelayaran belum pernah membuat (kapal)," tutur Syekh Panji Gumilang.
BACA JUGA:Ambisi Mahad Al Zaytun Kuasai Lautan, Bangun 90 Kapal 600 GT, Armadanya Sudah Siap
Diungkapkan Syekh Panji, cita-cita membangun galangan kapal sebenarnya sudah ada sejak awal dirinya membuat Mahad Al Zaytun.
Karenanya, sumber daya internal di Mahad Al Zaytun sudah diajarkan dengan vokasi untuk pembangunan kapal dan hasilnya terlihat sekarang ini.
Rupanya ambisi lama Syekh Panji Gumilang sejak mendirikan Mahad Al Zaytun baru menjadi kenyataan sekarang ini, sehingga kapal ukuran besar yang dibuatnya bakal segera 'kuasai' lautan hingga ke perbatasan Australia.