Yang kedua, kapal diberi nama Gunung Pulosari. Perizinannya atas nama sang istri. Sedangkan namanya, dipilihkan karena punya aspek historis.
BACA JUGA:Cerita Syekh Panji Gumilang Damaikan Palestina dan Israel, Duta Besar Timur Tengah Sampai Kumpul
“Di gunung tersebut, sana ada kayu yang tumbuh, harumnya seperti jeruk purut. Kalau dipakai tongkat, bisa mengusir ular berbisar. Di Banten Selatan, Pandeglang banyak ular berbisa,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, Gunung Pulosari adalah tempat Sultan Hasanudin berdamai dengan masyarakat setempat.
Kemudian menjadi momen di mana masyarakat memilih. Kelompok yang satu ikut Islam dan kelompok lain bertahan dengan agamanya yakni Sunda Wiwitan. Agama yang mereka sebut Siliwangi.
“Sultan Hasanudin memberikan kesempatan. Namun mereka minta tempat di bagian selatan yang sekarang menjadi tempat Suku Badui dengan tradisinya yang dipertahankan dengan baik dan tidak ada yang mengganggu,” jelasnya.
BACA JUGA:Sertifikat Tanah Dititipkan ke Oknum Notaris, Tiba-tiba Sudah Berganti Nama
3. Kapal Kalinyamat
Yang ketiga diberi nama Kalinyamat. Perizinannya atas nama ketua yayasan. Namun nama Kalinyamat diberikan, karena membaca sejarah mengenai laut Indonesia.
“Syekh membaca sejarah, kenapa disebut nenek moyang orang pelaut. Setiap lafal daripada lagu itu, dicari filosofinya. Mungkin sang pengarah tidak masuk ke ranah yang syekh telusuri,” ungkapnya.
Dari penelusuran itu, Syekh Panji Gumilang menemukan literatur mengenai Ratu Kalinyamat. Kemudian ada juga Malahayati.
Ternyata di masa lalu, pendekar-pendekar laut Nusantara adalah sosok perempuan. Karenanya, wajar saja bila dalam kisah ini, dan lagu kemudian menyebut ‘Nenek Moyangku Orang Pelaut’.
BACA JUGA:Momen TNI Sergap Al Zaytun, Ada Gabah 1000 Ton di Gudang Pangan
“Ditelusuri siapa Kalinyamat ini, ternyata adalah komandan kapal perang. Pulau Jawa yang entah ketika itu siapa rajanya, yang bisa menghadang kekuatan Portugis,” katanya.
Kemudian di Nusantara lainnya, sambung Syekh Al Zaytun, ada nama Malahayati. Ternyata hebat. Bisa menghancurkan kapal asing.
“Setelah meneliti itu, oh benar. Di sini pria hilang. Yang ditampilkan adalah Nisa (perempuan). Ternyata tidak banyak yang menjadi pendekar di laut itu,” jelasnya.