INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Kalau tidak nyleneh bukanlah Mahad Al Zaytun namanya. Apapun yang dilakukan selalu membikin banyak orang heboh. Inilah Al Zaytun!
Memang banyak yang menarik dari Mahad Al Zaytun karena menampilkan sesuatu yang berbeda dalam tradisi pesantren di Indonesia.
Karena perbedaan tersebut, tak jarang juga diberi cap sesat dan tidak lazim. Tetapi, toh selama 25 tahun tetap berkibar dan berkembang seperti sekarang ini.
Pondok yang berlokasi di Desa Mekarjaya, Kecamatan Gantar, Kabupaten Indramayu ini selalu tampil berbeda dari kebiasaan. Bahkan kadang tidak normal atau tidak biasa.
BACA JUGA:Makna Bekas Sujud, Gus Baha: Mengekang Maksiat, Mahad Al Zaytun: Membuat Karya
Termasuk yang satu ini. Walaupun katanya sudah ketinggalan zaman, tetap saja dipakai oleh ponpes yang dipimpin oleh Syekh Panji Gumilang ini.
Fungsi barang yang sudah katrok ini pun sangat penting. Sebagai alat komunikasi. Padahal soal komunikasi, pondok ini selalu mengagung-agungkannya.
Walaupun nyleneh, tapi hal ini menjadi menarik. Ponpes itu mencoba menggabungkan antara hal-hal kontemporer modern dengan yang tradisional.
Juga bisa jadi untuk tetap menjaga warisan leluhur nenek moyang yang adiluhung. Karena hal yang satu samakin sulit dijumpai di masyarakat kita.
BACA JUGA: Daihatsu Himbau 1.210 Pemilik All New Xenia dan Rocky Ikuti Program Special Service Campaign
Soal apa? Ini soal “kentongan” sebagai alat komunikasi di pondok tersebut. Di tengah belantara gendung megah, masih dijumpai banyak kentongan.
Kentongan atau bisa disebut Jidor adalah alat pemukul yang terbuat dari batang bambu atau batang kayu jati yang dipahat.
Kegunaan dari kentongan ini sebagai tanda alarm, sinyal komunikasi jarak jauh, maupun penanda adanya bahaya.
Kentongan sering didefinisikan dengan alat komunikasi zaman dahulu. Sering dimanfaatkan oleh penduduk yang tinggal di daerah pedesaan dan pegunungan.
BACA JUGA:Soal Apa? Sampai-sampai Mahad Al Zaytun Gandeng Aktivis Greenpeace