“Sebaiknya audience sudah dikasih. Kemudian audience memegang Alquran dibuka ayat dimaksud dan mendengarkan khatib,” katanya, menyarankan.
Diperintahkan oleh syekh agar koperasi menyiapkan Alquran dan terjemahan. Sedangkan para santri agar membawa pensil, dan catat apa yang disampaikan khatib. Lalu didiskusikan.
“Sehingga kita bisa merujuk ulang. Sekarang sudah tidak ada kesulitan untuk mendekati Al Quran. Mungkin kalau dulu karena Quran berbahasa Arab, masih perlu banyak hal. Sekarang Alquran sudah diterjemahkan dan ditafsirkan pada bahasa setempat,” tandasnya.
Bahkan, kata syekh, Al Quran berdasarkan sejarah sudah diterjemahkan ke Bahasa Jawa pada tahun 1767 kalau tidak salah di Ponorogo di Pesantren Tegalsari.
BACA JUGA:TAK BIASA! Taushiyah Syekh Panji Gumilang saat Salat Jumat Hanya 20 Menit, Ini yang Disampaikan
Di mana Pujangga Ronggo Warsito pernah mesantren dan turun berkembang ke cucu-nya. Sebelum ada Quran terjemahan, di sana dialihbahasakan ke Bahasa Jawa.
Dengan segala kemudahan itu, Syekh Panji Gumilang meminta santri di Mahad Al Zaytun benar-benar untuk mendalami Al Quran agar tidak menjauhkan atau membuat kitab suci umat Islam tersebut terpencil.