Diungkapkan dia, blue economy ini harus dijalankan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Misalnya dengan menggunakan kapal-kapal besar yang mampu menjelajah ke lautan dalam nusantara.
"Ini harus ditekuni dengan baik, karena akan masuk dalam pelayaran pada garis ZEE. Bahkan harus melewati," ungkapnya.
Dipastikan syekh bahwa persoalan yang sekarang sedang terjadi, tidak ada pengaruhnya untuk Mahad Al Zaytun dalam menjalankan pendidikan, maupun proyek non pendidikan.
"Untuk situasi seperti sekarang ini, tidak ada pengaruh perjalanan program tersebut. Beberapa hari yang akan datang, kapal 1 dan 2 turun ke laut dan akan inreyen untuk menguji gerakan apa, getaran yang mengganggu dan lain-lain. Sampai semuanya bisa melaut dengan baik," bebernya.
BACA JUGA:Desa Putridalem Majalengka Gelar Tradisi Haul Kabuyutan Mapag Cai Kahuripan, Begini Maknanya
Tidak hanya itu, syekh juga menyampaikan, pekerjaan terus berjalan karena perizinan lengkap. Adapun masalah penyegelan berkaitan dengan izin mendirikan bangunan (IMB).
Nah perizinan di pemerintah daerah tersebut sudah ditempuh dan tinggal menunggu saja untuk keluar.
"Perizinan untuk laut sudah selesai. Untuk kapal ketiga baru kita siapkan galangan, karena ukurannya agak lebih besar. Lebih daripada 100 meter. Kita punya tempat," katanya.
Disampaikan syekh, galangan Al Zaytun tersebut memiliki panjang 150 meter. Ini semua disiapkan supaya pengerjaan kapal kayu lebih cepat dan aman.
BACA JUGA:TERUNGKAP! Awal Mula Salam Yahudi di Al Zaytun Tahun 2012, Ada Hubungan dengan Israel?
"Para pekerjanya terlindungi dan dilengkapi peralatan yang menunjang. Termasuk untuk mengangkat kayu-kayu yang berat," tandasnya.