INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Di tengah polemik Mahad Al Zaytun dan Syekh Panji Gumilang, lembaga pendidikan tersebut akan meluncurkan 2 kapal berukuran besar ke lautan.
Kedua kapal tersebut adalah LKM 01 Gunung Surowidi dengan bobot 200 gross ton dan LM 02 Gunung Pulosari dengan bobot 600 gross ton.
Setelah kedua kapal tangkap ikan itu meluncur ke lautan, Syekh Panji Gumilang menyatakan, akan membuat kapal ketiga dengan ukuran 2.200 gross ton.
Produksi kapal ketiga juga dilakukan oleh PT Pelabuhan Samudra Biru Mangun Kencana yang berlokasi di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu.
Ditambahkan Syekh Panji Gumilang, polemik yang sedang terjadi juga klarifikasi dari Bareskrim Polri tidak mempengaruhi jalannya pendidikan di Al Zaytun dan proyek non pendidikan.
"Di samping bergerak menjalankan program seperti kelautan. Kalau pertanian green economy, kelautan blue economy," katanya.
Menurut Panji Gumilang, bicara ekonomi kelautan, sekarang ini tidak bisa lagi berorientasi pada pesisir. Tetapi harus ke area yang lebih luas.
"Jadi bukan perahu itu (kecil) yang kita persiapkan. Namun ingin mengembangkan satu kekuatan laut Indonesia. Seperti halnya tatkala dahulu sebelum dijajah Belanda," jelasnya.
BACA JUGA:DETIL! Syekh Panji Gumilang Ungkap Cerita Pemeriksaan di Bareskrim, Ada Hambatan di Jalan, Apa Itu?
Sebelum era penjajahan belanda, kata syekh, Indonesia memiliki kekuatan maritim yang demikian kuat. Kejayaan itulah yang harusnya dikembalikan.
"Kita punya kekuatan maritim luar biasa. Kita ingin kembalikan. Apa yang dilakukan lewat blue economy ini, sejalan dengan program negara," tagasnya.
Berkaitan dengan polemik yang ada termasuk masalah perizinan, Syekh Al Zaytun menegaskan bahwa pembuatan kapal berjalan terus.
"Yang pertama 200 gross ton dan kedua 600 gross ton. Ketiga yang sedang proses 2.200 gross ton," tandasnya.
BACA JUGA:Timnas Putri Indonesia U-19 Cukur Timor Leste 7-0 di Ajang Piala AFF 2023