Kenapa Makam Sultan Cirebon Ada di Pesarean Giri Laya Imogiri Bantul Bersama Raja-raja Mataram? Ini Jawabannya

Kamis 03-08-2023,10:38 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

CIREBON, RADARCIREBON.COM – Salah satu dari sultan yang memimpin Kesultanan Cirebon dimakamkan di Astana Giri Laya, di dekat Pemakaman Raja-raja Mataram di Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Jogjakarta.

Lokasi dari makam dari Panembahan Giri Laya ini, dibuat semasa Sultan Agung bertakhta yakni sekitar tahun 1628-1829.

Lokasinya berada di Pedukuhan Giri Loyo Lama atau Pesarean Giri Loyo yang berlokasi sekitar 17 kilometer di selatan Keraton Jogjakarta.

Tepatnya berada di Dusun Cengkehan, Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul dan bisa didatangi oleh peziarah termasuk dari Cirebon.

BACA JUGA:Kawasan REBANA, Wajah Masa Depan dan Motor Penggerak Ekonomi Jawa Barat

Salah seorang warga Cirebon yang berziarah ke makam tersebut, Teddy Fandha menjelaskan, pada area makam terdapat beberapa bangunan.

Untuk memasukinya, perlu menaiki anak tangga yang mengarah ke pintu gerbang makam. Di dalamnya juga terdapat 6 makam lainnya termasuk Kanjeng Ratu Pembayun, istri dari Amangkurat.

Kisah hidup dari Penambahan Giri Laya ini, yang kemudian menjadi cikal bakal adanya Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman dengan 2 raja berbeda.

Keduanya adalah kakak dan adik, putera dari Panembahan Giri Laya, anak dari Sedang Gayam yang merupakan anak dari Pangeran Mas Mochamad Zainul Arifin, Panembahan Ratu I.

BACA JUGA:Mengingat Kembali Momen Genting Suakarno-Hatta Diculik Pemuda ke Karawang Sebelum Proklamasi 17 Agustus 1945

Sejarahwan Keraton Kanoman Cirebon, Farihin menjelaskan, Penambahan Giri Laya adalah generasi cicit dari Sunan Gunung Jati.

“Panembahan Giri Laya memiliki istri dari Mataram. Anak dari Amangkurat I,” kata Farihin mengawali penjelasannya di Kanal Kisah Tanah Jawa.

Dijelaskan dia, Panembahan Giri Laya sejak pertama kali bertakhta, diundang oleh mertuanya untuk datang ke Mataram bersama dengan 2 putranya.

Diajaklah Syamsudin Martawijaya atau Sultan Sepuh dan Kartawijaya Badridin atau Sultan Anom I.

BACA JUGA:Apakah Tol Cisumdawu Cukup untuk Menghidupkan Bandara Kertajati? Pengamat Merasa Tidak Yakin, Siap-siap Merugi

Kategori :