Kesimpulan Agus Pambagyo, bandara ini sejak dibangun juga sudah salah. Termasuk dalam hal pemilihan lokasi. Karenanya, perlu upaya lebih untuk bisa menghidupkannya.
“Jadi intinya dari desain awal sudah salah, karena akses ke sana tidak ada. Orang dari Bandung ke Kertajati jauh harus lewat Cipali, sekarang ada Cisumdawu,” tandasnya.
Imbas dari kurangnya akses tersebut, perjalanan bisnis Bandara Kertajati bisa dibilang jalan di tempat selama 5 tahun terakhir.
Pemanfaatan fungsi bandara belum berjalan lurus dengan biaya yang dikeluarkan. Sehingga butuh biaya dan strategis bisnis untuk menyelamatkannya.
Sementara itu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, Muhammad Said Didu juga mempertanyakan langkah yang diambil pemerintah demi proyek baru.
Yakni, Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Kabupaten Majalengka dan Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Said Didu berpandangan, Bandara Husein Sastranegara Bandung (BDO) ditutup demi menghidupkan Bandara Kertajati.
Kemudian Kereta Argo Parahyangan dihentikan operasinya demi Kereta Cepat Jakarta Bandung agar tidak bersaing.
"Saya berpikir apa salah orang Bandung/Jabar sehingga dihukum oleh rezim ini," tanya Said Diddu dikutip dari cuitan di media sosial X, Rabu, 9, Agustus 2023.
Dia menuntut Gubernur Jawa Barat, M Ridwan Kamil untuk mempertanyakan keputusan-keputusan yang diambil oleh pemerintah pusat.
"Demi kereta api cepat yang mahal, kereta Parahyangan yang murah dan praktis ditutup," tulis Said Didu.
"Demi hidupkan Bandara Kertajati, maka Bandara Bandung ditutup. Seharusnya Pak Gub Ridwan Kamil menanyakan hal tersebut," imbuh dia.
BACA JUGA:161 Kilometer dari Cirebon, Telaga Sunyi Cocok untuk Menenangkan Diri, Lokasinya Ada di Daerah Ini
Sebelumnya, mantak sekretaris Kementerian BUMN itu juga menyoal 2 proyek bandara yang disebutnya tidak layak untuk saat ini.