Kaliandra Merah, Kayu Terbaik sebagai Bahan Baku Wood Pellet, Apa Alasannya?

Kamis 31-08-2023,14:08 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Pohon kaliandra merah mampu menghasilkan kalori tinggi saat dibakar, yakni 4,7 kkal. Tidak mengherankan kalau kayunya sering dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai kayu bakar untuk keperluan rumah tangga.

Silvikulkultur terubusan atau coppice system kaliandra merah memungkinkannya untuk panen 1 tahun, selanjutnya 6 bulan, dan replanting 10 tahun. Hal tersebut menjadikannya sangat cocok dijadikan sebagai wood pellet.

Alternatif jenis kayu lainnya untuk membuat wood pellet adalah pohon turi. Tumbuhan yang sangat familier di Indonesia ini proses budidayanya sangat mudah di lahan kering, kebun, atau pematang sawah.

Pohon turi dinilai potensial sebagai bahan baku pelet kayu sebab nilai kalornya hampir setara kaliandra merah, yakni 3,965 kkal. Dengan demikian, pohon turi layak diperhitungkan untuk memperkaya bahan baku pelet.

BACA JUGA:Truk Kontainer Terperosok di Pangenan, Separuh Jalur Pantura Cirebon Terhalang

Selain mengetahui jenis bahan bakunya, penting juga untuk memahami penentu mutu energi terbarukan ini. Hal tersebut dianggap penting demi menghasilkan pelet kayu berkualitas dan mampu bersaing.

1. Kadar Air

Salah satu parameter dalam menentukan mutu wood pellet adalah kadar air. Kadar air yang rendah menjadikan kualitasnya lebih bagus dibanding bahan dengan kadar air tinggi.

2. Kerapatan

Berikutnya kerapatan, yakni hasil perbandingan antara berat dengan volume pelet kayu. Makin tinggi nilai kerapatannya, maka akan mempermudah penanganan, penyimpanan, sekaligus transportasi sehingga bisa menekan pengeluaran.

Kerapatan sendiri bisa dipengaruhi oleh penggunaan suhu pada pembuatan energi terbarukan satu ini. Makin tinggi suhunya, maka makin tinggi juga nilai kerapatan yang akan dihasilkan.

BACA JUGA:GEGER! Penemuan Bayi di Bengkel Las Pegambiran Cirebon, Ciri-ciri Selimut Merah

3. Kadar Abu

Penentu selanjutnya terhadap kualitas wood pellet adalah kadar abu, yakni sisa pembakaran yang tidak terdapat kalor dan karbon. Apabila kadar abunya rendah, berarti nilai kalor akan tinggi, begitu sebaliknya.

4. Kadar Zat Gampang Menguap

Kadar zat gampang menguap diartikan sebagai zat yang menguap dari hasil dekomposisi senyawa dalam sebuah bahan, selain air. Makin tinggi kadarnya, berarti efisiensi pembakaran akan menurun, sedangkan asapnya makin banyak.

Kategori :