CIREBON, RADARCIREBON.COM - Menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW atau lebih dikenal dengan Muludan, Keraton Kanoman Cirebon menggelar tradisi penabuhan Gong Sekati atau Gong Sekaten, Minggu malam (24/9/2023).
Pantauan radarcirebon.com, penabuhan gong sekaten tersebut dimulai usai salat Isya di Bangsal Sekaten Siti Inggil Keraton Kanoman Cirebon.
Sebelum alat musik tradisional peninggalan Sunan Gunung Jati tersebut dimainkan, terlebih dahulu dengan pembacaan syahadat yang merepresentasikan bentuk syiar (Islam) melalui budaya.
Selanjutnya para Nayaga memainkan enam lagu yakni Pari Anom, Bango Butak, Cingcing Dhuwur, Kajongan, dan Rambu Gede. Keenam lagu yang dimainkan menggunakan Gong Sekati itu berisi pesan-pesan kebajikan dan ajakan untuk melaksanakan kebaikan.
Tradisi ini sendiri disaksikan langsung Sultan Kanoman XII Raja Muhammad Emirudin. Bahkan, ribuan orang dari berbagai daerah pun memadati Bangsal Sekaten untuk menyelesaikan tradisi tersebut.
Sebelum ditabuh, Minggu pagi (24/9/2023), alat musik Gong Sekaten tersebut dilakukan tradisi siraman Gong Sekaten di lingkungan Langgar Alit Keraton Kanoman.
Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran mewakili Sultan Kanoman Sultan Raja Muhammad Emirudin memimpin proses pencucian benda pusaka tersebut.
BACA JUGA:5 Ciri Skin Care dan Makeup Berbahaya Menurut BPOM, Harus Teliti Sebelum Beli
BACA JUGA:Kalah Tapi Alhamdulillah, Timnas U-24 Indonesia Terbaik di Peringkat Tiga Asian Games XIX
Juru Bicara Keraton Kanoman Ratu Raja Arimbi Nurtina kepada radarcirebon.com menjelaskan, Gong Sekaten adalah seperangkat gamelan berusia lebih dari 600 tahun milik Keraton Kanoman yang hanya dibunyikan satu kali pada puncak upacara Panjang Jimat.
"Ya, sebelum alat musik gamelan Gong Sekaten ini dimainkan terlebih dahulu dilakukan tradisi siraman Gong Sekaten di Langgar Alit Keraton Kanoman. Perangkat gamelan itu disiram dengan air kembang dan digosok menggunakan sabut kelapa. Pencucian ini bertujuan untuk menyucikan atau membersihkan dalam persiapan untuk dibunyikan pada tanggal 8 Rabiulawal, Minggu malam (24/9/2023)," jelasnya.
Menurut Ratu Raja Arimbi, pelaksanaan tradisi pembersihan gong pusaka tersebut disaksikan warga sekitar keraton.
"Setelah pencucian selesai, warga yang hadir berebut air bekas pencucian benda pusaka. Dan momen keluarnya Gong Sekaten menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat untuk menyaksikan secara langsung bagaimana wujud rupa gamelan pusaka yang hanya muncul sekali dalam setahun itu," pungkasnya.
BACA JUGA:Impresif! Aset Kelolaan Bank Kustodian BRI Tembus Rp1.000 Triliun
BACA JUGA:3 Matra Plus Polri Turun Tangan, Begini Peringatan Hari Jadi ke-78 TNI