“Membuat kue cimplo sudah menjadi tradisi turun-temurun di keluarga kami,” ujar Nani, yang ditemui saat membuat kue cimplo, kemarin.
Menurut Nani, dia dan seluruh keluarga mempercayai bahwa membuat cimplo kemudian berbagi dengan tetangga dapat mencegah terjadinya musibah atau kesialan.
“Kami percaya, dengan membuat dan membagikan kue cimplo, kita akan terhindar dari segala macam marabahaya,” ujarnya.
Nani menambahkan, bahwa proses pembuatan kue cimplo membutuhkan kesabaran dan ketelitian. Adonan yang telah jadi kemudian dikukus hingga matang.
“Setelah dingin, kue cimplo siap dihidangkan dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Tidak hanya menjadi simbol penolak bala, proses pembuatan kue cimplo juga syarat akan kebersamaan.
Sehingga, proses pembuatan kue cimplo diyakini dapat mempererat tali persaudaraan.
Pantauan Radar Indramayu di lokasi, banyak tetangga Nani bergotong royong membuat kue cimplo bersama Nani dalam jumlah besar.
“Selain membuat kue cimplo, kami juga mengadakan doa bersama agar diberikan keselamatan dan keberkahan,” jelas Nani.
Tradisi membuat kue cimplo ini menunjukkan betapa kentalnya nilai-nilai budaya dan agama dalam kehidupan masyarakat Indramayu.
Meskipun zaman terus berubah, tradisi ini tetap lestari dan diwariskan kepada generasi muda. (*)