BACA JUGA:Sejarah Gereja Santo Yusuf Cirebon: Awal Pembangunan dan Jejak Sang Raja Gula
BACA JUGA:Louis Theodorus Gonsalves: Raja Gula Pantura Pendiri Gereja Santo Yusuf Cirebon
Berita kekalahan itu sampai kepada Ki Bendawang Nala. Tidak terima anaknya dikalahkan, ia kemudian mengutus putra keduanya, Ki Jaka Tawa, untuk menghadapi Nyi Mas Lara Panas dan menyelamatkan putri raja.
Kedatangan Ki Jaka Tawa dan Kekalahan Nyi Mas Lara Panas
Dengan restu sang ayah, Ki Jaka Tawa berangkat ke Kerajaan Pajajaran. Pertarungan antara Ki Jaka Tawa dan Nyi Mas Lara Panas berlangsung sengit, namun kali ini sang perempuan jahat berhasil dikalahkan dan keluar dari tubuh Putri Purbasari.
Meski kalah, Nyi Mas Lara Panas tidak tinggal diam. Ia mengancam akan menyebarkan penyakit ke seluruh jagat raya. Ki Jaka Tawa menerima tantangan itu dan berjanji bahwa setiap kali perempuan tersebut menciptakan penyakit, dialah yang akan membuat obat penawarnya.
BACA JUGA:77 Pengembang di Kota Cirebon Menghilang, HSG: DPRD Tak Ingin Masyarakat Dirugikan
BACA JUGA:Auto Pangling, Modifikator Ini Bawa Nuansa Nostalgia Balap Legendaris di Modifikasi NMAX 'TURBO'
Ancaman itu disertai pengejaran yang panjang hingga Nyi Mas Lara Panas menjejakkan kakinya ke tanah. Dari jejak itulah terbentuk sebuah rawa besar yang airnya beracun dan memancarkan hawa panas mematikan. Rawa tersebut kemudian menjadi sumber bencana baru bagi siapa pun yang mendekat.
Balong Beracun Itu Diselamatkan
Rawa beracun tersebut begitu mematikan hingga burung yang terbang di atasnya pun bisa mati seketika. Mengetahui hal itu, Ki Jaka Tawa datang dan berusaha menetralisasi racun di dalamnya.
Melalui ilmu pengobatan yang dimilikinya serta izin Sang Maha Kuasa, Ki Jaka Tawa mengambil air penawar dan meneteskan ke dalam rawa.
BACA JUGA:KONI Kota Cirebon Salurkan Dana Rp1 Miliar Dukung 40 Cabor di BK Porprov
BACA JUGA:Sukseskan Ketahanan Pangan Nasional, Babinsa Kalijaga Dampingi Poktan Sidemung
Perlahan-lahan, air yang panas dan beracun itu berubah menjadi dingin dan aman. Rawa tersebut kemudian dikenal sebagai Balong Keramat Sedayu, yang mengandung makna “Sida” (lekas) dan “Dayu” (selamat, sejahtera).
Meski berhasil menyelamatkan Putri Purbasari, Ki Jaka Tawa menolak untuk menikahinya. Tujuan utamanya adalah membalaskan kekalahan Lutung Kasarung dan menunaikan sumpah untuk mengobati setiap penyakit yang berasal dari ulah Nyi Mas Lara Panas.