Sejarah Sukalila-Kalibaru Cirebon: Denyut Nadi Ekonomi dan Sisi Gelap Kota Pelabuhan Era Kolonial

Selasa 16-12-2025,10:07 WIB
Reporter : Ade Gustiana
Editor : Tatang Rusmanta

Semua dilalui dengan daya tahan luar biasa. Para pelaku usaha terus mencari peluang di tengah tekanan.

Secara geografis, Kali Sukalila mengalir dari Jembatan KS Tubun Pamitran, menyusuri Sukalila Selatan, melewati Pasar Pagi, hingga Kalibaru Selatan dan bermuara ke laut. 

Sementara aliran dari Pasar Pagi ke laut dikenal sebagai Kali Baru atau Kali Anyar, yang dibuat untuk mengantisipasi banjir Cirebon.

Catatan lama menyebutkan, sekitar 1690 aliran Sukalila berbelok ke Karanggetas, memotong sejumlah jalan, lalu bermuara di wilayah Pabean, kini kawasan pelabuhan. 

Di Panjunan, Sukalila menyatu dengan Kali Bacin membentuk Kali Cirbon.

Arsip foto KITLV Leiden tahun 1910 memperkuat gambaran itu. Aktivitas jual beli, perahu nelayan, dan kehidupan bantaran sungai terekam jelas. Sungai adalah ruang hidup yang terbuka dan fungsional.

Sejarah juga mencatat sisi gelap kota pelabuhan. Praktik wanita penghibur telah ada sejak masa kolonial di berbagai titik Cirebon. 

Akbar menilai, konteks sejarah penting dipahami, namun tidak untuk membenarkan pelanggaran hari ini.

Kini, penertiban dilakukan. Bangunan liar dibongkar. Sempadan dikembalikan. Pemerintah berupaya memulihkan fungsi sungai demi mengurangi risiko banjir dan menata kota.

Sukalila dan Kalibaru bukan sekadar aliran air. Ia adalah saksi perjalanan panjang Cirebon. Dari jalur transportasi, pusat perdagangan, ruang sosial, hingga kawasan yang sempat terabaikan. 

Penertiban hari ini menjadi titik balik: mengembalikan sungai sebagai ruang bersama, demi kota yang lebih tertib, aman, dan beradab.

Kategori :