Ingin Audiensi dengan Walikota

Rabu 23-09-2015,09:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Guru Olahraga Soroti Minimnya Anggaran untuk Pembinaan Atlet Pelajar CIREBON - Guru-guru olah­ra­ga di Kota Cirebon ingin berau­diensi dengan Walikota Cirebon Drs Nasrudin Azis SH. Demikian dikatakan Ketua Klub Olahraga Pelajar (KOP) renang H Dedi Kennedi, Selasa (22/9). Menurut Dedi, karut-marut pembinaan olahraga pelajar di Kota Cirebon bisa diselesaikan jika pimpinan daerah ikut turun tangan. Menurut Dedi para guru olahraga ingin bicara dari hati ke hati dengan walikota. Bukan sebagai politisi, tapi sebagai sesama orang olahraga. “Pak Azis juga memiliki latar belakang pendidikan olahraga, sama dengan kami para guru olahraga. Semestinya beliau paham kondisi sulit yang kami hadapi saat ini,” ungkapnya di Kantor UPTD Pors Disdik Kota Cirebon, kemarin. Dedi mengungkapkan, minimnya anggaran untuk pembinaan atlet pelajar di Kota Cirebon sudah berlangsung sejak tahun lalu. Bukan saja untuk menggelar Pekan Olahraga pelajar Kota (Popkota), bahkan honor pelatih KOP tidak turun sejak dua tahun lalu. Guru olahraga SMAN 1 Kota Cirebon itu mengatakan, persoalan anggaran masih menjadi masalah krusial di dunia olahraga Kota Cirebon, khususnya di level pelajar. “Untuk pembinaan itu butuh alokasi dana yang besar. Untuk itu, harus ada kebijakan dari pimpinan daerah. Bila perlu dituangkan dalam Perda (Peraturan Daerah) atau Perwali (Peraturan Walikota),” cetusnya. Minimnya dana untuk pembinaan atlet pelajar terasa betul menjelang Popkota 2015 yang akan digelar 12 Oktober mendatang. Demi menekan budget pertandingan, sejumlah KOP melakukan banyak penyesuaian pada perhelatan tahun ini. KOP gulat misalnya, pada Popkota tahun ini mereka memutuskan untuk membatasi jumlah peserta. Setiap kontingen hanya boleh menurunkan maksimal dua pegulat perkelasnya. Hal serupa juga dilakukan oleh KOP pencak silat. Ketua KOP pencak silat Fadholi mengatakan, dengan membatasi jumlah peserta berarti memperpendek durasi pertandingan. “Dengan demikian, kita bisa memangkas budget untuk perangkat pertandingan,” ujarnya. KOP sepak bola juga demikian. Dengan alasan efisiensi anggaran, mereka hanya melaksanakan pertandingan futsal (tingkat SMA dan SMP) dan sepak bola mini (tingkat SD) pada perhelatan tahun ini. Venue sepak bola mini yang biasanya menggunakan Stadion Utama Bima, untuk tahun ini dipindahkan ke Stadion Madya Bima. “Biaya untuk sewa lapangan sepak bola lebih besar ketimbang lapangan futsal,” ujar panitia pertandingan futsal dan sepak bola mini Popkota 2015, Sigit Haryanto. Semua itu terungkap usai rapat pemantapan pelaksanaan Popkota 2015 di Kantor UTD Pors, kemarin. Koordnator pelaksana Popkota 2015 Ikin Sahrikin mengatakan, dengan anggaran Rp200 juta, sulit mencip­takan kondisi ideal pada perhelatan tahun ini. Namun demikian dia berharap, kua­litas Popkota sebagai ajang eva­luasi atlet pelajar tetap bisa di­pertanggungjawabkan. (ttr)

Tags :
Kategori :

Terkait