Alat Deteksi Tidak Ngaruh, Debu Batu Bara Tetap Ada, Uang Tak Ada

Sabtu 19-08-2017,23:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Warga RW 01 Pesisir Selatan, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon, yang dekat sekitar aktivitas bongkar muat batu bara masih merasakan dampak debu. Mereka masih merasakan dampak aktivitas bongkar muat batu bara, apalagi belakangan angin cukup kencang. \"Tetep aja, sudah ada jaring itu tembus. Memang enggak sebanyak dulu sebelum ada jaring,\" ujar Warga RW 01 Pesisir Selatan, Nunung Nursita, kepada Radar, Jumat (18/8). Tak hanya jaring, kata Nunung, upaya pihak PT Pelindo II untuk mengatasi debu adalah dengan memasang alat deteksi. Alat tersebut sering dipasang di atap rumah miliknya. Tapi, dia juga tak paham maksud pemasangan alat itu. \"Ada beberapa titik yang dipasang alat ini, termasuk di atap rumah saya,\" ucapnya. Meski sudah dipasang alat deteksi, Nunung menilai alat tersebut tidak terlalu berpengaruh. Pasalnya, alat tersebut kerap dipasang saat aktivitas bongkar muat tidak ada. Sehingga data yang terbaca tentu tidak menunjukkan kondisi sebenarnya. \"Percuma dipasang juga, karena yang saya lihat setiap dipasang alat itu bongkar muat sedang tidak beraktivitas,\" tuturnya. Melihat kondisi ini, Nunung mengaku sangat prihatin. Terlebih, sejak ada aturan warga sekitar pelabuhan tidak boleh bekerja di wilayah itu. Dulu meskipun banyak debu, tapi warga masih kerja. Sekarang sudah dilarang dan warga tidak lagi mendapatkan penghasilan. “Sekarang debunya masih ada, uangnya yang nggak ada,\" ungkapnya. Nunung menyarankan, aktivitas bongkar muat batu bara sebaiknya melibatkan banyak pihak untuk saling mengawasi. Dia menginginkan ada pihak independen yang dilibatkan dalam pengawasan. Bila tidak, debu yang selama ini mengganggu warga tetap saja berlangsung. Di lain pihak, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon, Edy Sugiharto berharap ada penangan serius terhadap polusi debu. Sebab, polutan yang bersumber dari debu batu bara dapat mengakibatkan infkesi saluran pernapasan akut (ISPA) dalam jangka waktu panjang. \"Debu biasa saja bahaya, apalagi debu batu bara. Kalau dalam jangka waktu panjang itu makin berbahaya untuk kesehatan,\" jelasnya. Dari kacamata kesehatan, Edi mengatakan, polutan yang disebabkan debu batu bara membahayakan saluran pernapasan. Dia menganjurkan kepada warga wilayah Pesisir yang lokasinya sangat dekat dengan aktivitas bongkar muat batu bara, agar menghijaukan lingkungan sekitarnya. \"Setidaknya dengan penanaman akan menghasilkan kualitas udara yang baik,\" sarannya. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait