Ketika Standar Selviana Cari Pasangan Pria Bergaji Rp 30 Juta Sebulan

Senin 14-01-2019,21:56 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Twitter sedang diramaikan dengan permintaan gaji 30 juta dari seorang perempuan kepada calon pasangannya kelak. Banyak yang menyetujui hal ini, namun tidak sedikit yang langsung geram dan marah-marah. Mereka yang tidak setuju, menganggap jika seorang perempuan menentukan kriteria mengenai gaji dengan jumlah tertentu itu sungguh tidak elok dan elegan. Selviana, lewat twitternya @sephieusagi menulis \"Aku nyari laki 30thn ke atas, penghasilan minimal 30jt/bln, good looking, good in bed, good person, not really religious, kl bs duda aja lah jd udah pengalaman. (^_^)\" https://twitter.com/selphieusagi/status/1084088940846444545?s=19 Pernyataan Selviana ini pun menarik perhatian akun resmi milik Direktorat Pajak. Pantauan radarcirebon.com, akun pajak ini sampai membuat simulasi pajak bagi pria yang bergaji Rp30 juta sebulan. Hitung-hitungan akun pajak tersebut, pria dengan gaji Rp30 juta kenapa Pajak Penghasilan 21 senilai Rp3,75 juta. https://twitter.com/DitjenPajakRI/status/1084621665965727744?s=19 Meski demikian, tidak ada yang salah dalam pernyataan Selviana yang mengharapkan pasangan dengan gaji 30 juta sebulan. Melalui #KontakJodohDaddy di akun @glrhn, Selviana dengan lugas menuliskan kriteria pasangan yang dia inginkan. Termasuk di dalamnya nominal penghasilan dan status Duda. https://twitter.com/glrhn/status/1084045926350577666?s=19 Tagar #KontakJodohDaddy memang segmen twit yang disusun oleh @glrhn bagi followers-nya yang sedang cari jodoh. Aturannya simpel, kalau sedang cari jodoh, tuliskan secara spesifik kriterianya di kolom balasan. Benar saja, Selviana dengan akun @selphieusagi menuliskan kriteria pasangannya yaitu berusia 30 tahun ke atas, berpenghasilan 30 juta per bulan, berpenampilan menarik, baik dalam urusan ranjang, berkepribadian baik, nggak terlalu relijius, dan kalau bisa duda karena sudah berpengalaman. Twit ini kemudian mengundang pro dan kontra dari warganet, sebagian setuju dan menilai hal ini realistis, sebagian lain justru nyinyir dan menilai kriteria ini ketinggian. https://twitter.com/rickyaghustyann/status/1084393837189984256?s=19 Namun akun @glrhn membela Selviana yang menurutnya wajar karena penghasilan Selviana juga kisaran nominal itu. https://twitter.com/glrhn/status/1084432573252530177?s=19 Sementara, survei yang dilakukan aplikasi pencari jodoh SweetRing menemukan fakta bahwa 61 persen wanita Indonesia menginginkan gaji bulanan pasangannya mencapai minimum Rp 12 juta sebelum mereka menerima lamaran pernikahan. Jumlah ini dianggap cukup untuk bisa memenuhi kebutuhan di tengah harga bahan pokok yang terus meninggi. Setiap tahun, berbagai harga kebutuhan meningkat. Oleh sebabnya, Rp 12 juta adalah gaji minimum yang wajar bagi suami agar bisa membiayai keluarga,\" tutur Rini, seorang pengguna SweetRing seperti dilansir dari AsiaOne, Jumat (8/9/2017). Disisi lain, tagar #KontakJodohDaddy yang disusun oleh @glrhn mengingatkan laporan yang dipublikasikan Statista berjudul “eServices: Dating Services” ada tiga jenis aplikasi atau layanan jodoh. Layanan itu adalah mencari hubungan (matchmaking), flirt (kencan online), dan pasangan seks (kencan kasual). Dari tiga jenis itu, matchmaking ialah yang paling populer. “Tentu saja ada sisi buruk pada berbagai hal, tapi menurutku, pada bagian terbesar, online dating merupakan salah satu hal yang benar-benar memecahkan salah satu masalah besar masyarakat,” kata Gery Kremen, salah satu pendiri Match.com. Layanan matchmaking berawal pada seorang mahasiswa Harvard University bernama Jeff Tarr yang mendirikan layanan perjodohan bernama Operation Match. Saat itu, di musim panas 1965, sebagaimana dikisahkan The Guardian, Tarr merasa jengah dengan lingkaran sosial kampusnya. Berbekal kemampuan matematika, dan bantuan rekan matematikawannya, Tarr lalu membikin kuis berjudul “kencan idaman” yang dibagikan pada teman-temannya. Tarr memasukkan pertanyaan-pertanyaan pribadi seperti “percayakah pada Tuhan?” atau “siapkah untuk menikah dan memiliki anak?” yang dikombinasikan formula matematika, yang pada akhirnya menghasilkan kesimpulan siapa cocok dengan siapa.

Guna memudahkan analisis, Tarr menyewa komputer IBM 1401 untuk melakukan proses komputasi seharga $100 per jam. Jawaban kuis yang dikembalikan lalu dianalisis ke komputer, yang menghasilkan sekitar enam kencan potensial. Lengkap dengan identitas siapa sosok yang bisa diajak kencan tersebut seperti nama, alamat, hingga nomor telepon untuk dihubungi. Tak disangka, kuis yang dibikin Tarr laku. Banyak mahasiswa yang mengembalikan untuk dianalisis oleh Tarr. Pada tahun 1966, Operation Match mengklaim memperoleh 90 ribu orang yang mengajukan untuk dianalisis. Layanan matchmaking populer. Data yang dipublikasikan Statista menyebut bahwa layanan tersebut menghasilkan pendapatan senilai $734 juta di tahun 2016. Pada tahun 2021 angkanya diprediksi akan meningkat menjadi $890 juta. Kepopuleran aplikasi ini pun diungkap oleh The America National Academy of Sciences. Dalam rentang 2005 hingga 2012, sepertiga orang AS yang menikah bertemu pasangan mereka secara online. (*)    
Tags :
Kategori :

Terkait