CIREBON-Keduanya sudah menerbitkan beragam kebijakan dan mulai dirasakan masyarakat sejak dilantik 13 Desember 2018. Meski masih banyak kekurangan di sana-sini.
Tepat hari ini, Drs H Nashrudin Azis SH-Dra Hj Eti Herawati memasuki 100 hari masa kepemimpinannya di Kota Cirebon. Keduanya sudah menerbitkan beragam kebijakan dan mulai dirasakan masyarakat sejak dilantik. Kebijakan tersebut, sebagian berasal dari janji di masa kampanye. Walhasil, respons publik atas kebijakan ini kerap terbelah: pro dan kontra.
Di masa transisi ini, Azis-Eti membagi prioritas dalam tiga bidang; Cirebon Hijau, Bersih dan Tertib. Prioritas ini menjadi pembeda khususnya dalam masa kepemimpinan Azis. Yang di periode sebelumnya menjadi wakil walikota mendampingi Alm Drs H Ano Sutrisno MM.
Pemilihan tiga fokus oleh Azis-Eti lebih terlihat secara fisik. Meski harus diakui, masih kurang di sana-sini. Ini berbeda dari periode sebelumnya. Di mana 100 hari pertama cenderung memilih fokus yang normatif. (lihat infografis)
Sekretaris Daerah Drs H Asep Deddi MSi menyebut, tiga fokus ini sebagai pembuka jalan. Goal-nya adalah pariwisata. “Ini akan kita coba lihat progress-nya. Secara fisik memang mulai kelihatan. Tapi progress-nya kita akan evaluasi lagi,” ujarnya.
Secara resmi, progress kerja 100 hari pertama rencananya akan dipublikasikan Senin (25/3). Bisa jadi, berbarengan dengan Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ) walikota-wakil walikota. Asep menekankan bahwa di 100 hari pertama tiga aspek tersebut yang menjadi fokus pemerintah kota.
Untuk implementasi Cirebon Bersih, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Drs H RM Abdullah Syukur MSi mengaku telah membentuk satuan tugas (satgas) bersih. Mereka bekerja di kawasan tetrib lalu lintas (KTL) dengan tiga shift yang masing-masing diisi 50 personel. “Satgas ini memang belum optimal. Tapi ini akan terus ditingkatkan kinerjanya,” tandasnya.
Masih untuk Cirebon Bersih, DLHG juga menertibkan Jl Dr Wahidin Sudirohusodo. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di kawasan itu sudah ditutup dan digeser ke Jl Slamet Riyadi. Diikuti dengan launching ikon ke bersihan Si Otong untuk edukasi anak-anak.
Namun capaian ini bukan tanpa cela. Upaya penutupan TPS Jl Kesambi Raya misalnya. Hingga kini belum tuntas, karena kekurangan armada untuk TPS mobile. Masalah lainnya ialah penumpukan sampah yang kerap menjadi sorotan publik. Termasuk relokasi TPS Bima ke Stadion Bima Madya yang hingga kini masih mengundang pro kontra. “Kesambi masih on progress, Bima on progress,” ucap Syukur, menyoal kendala dalam implementasi target 100 hari.
Untuk Cirebon Hijau, DLH masih mengupayakan penataan 17 yang akan dikelola pihak ketiga. DLH mengupayakan corporate social responsibility (CSR) untuk membantu pembiayaannya. Misalnya eks lokasi TPS Jl Wahidin yang akan dibuat taman dibantu oleh PT Taspen (Persero). PT Pelindo II Cirebon, PT Cinta Damai, juga sudah menyatakan kesiapan membantu. “Capaian 100 hari, masih dalam progress indikator sih. Kisaran 80 persen,” kata Syukur.
PR lainnya, barangkali implementasi Cirebon Tertib. Di mana kawasan KTL masih sering ditemukan pelanggaran. Terutama saat petugas tidak ada di lokasi. Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), sepanjang 100 hari telah melakukan 14 kali upaya penertiban dengan operasi yustisi. Sedikitnya 38 PKL disidangkan di Pengadilan Negeri (PN) Kota Cirebon akibat kedapatan berjualan di zona larangan transaksi.
Barangkali, untuk Cirebon Tertib gap-nya justru ada di upaya pemberdayaan PKL. Pemerintah kota khususnya Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah (Disdagkop-UKM), belum melakukan upaya pemberdayaan. Seperti yang menjadi aspirasi pedagang.
Kepala Disdagkop-UKM, Ir Yati Rochayati mengakui, upaya yang dilakukan saat ini baru penempatan di selter juga menggandeng pihak swasta untuk menyediakan lahan. Salah satu yang sudah berjalan adalah selter di Cirebon Super Block (CSB) Mall. Juga penempatan PKL di Selter Jl Cipto MK atau Pusat Jajanan Cirebon (Pujabon).
Sementara penataan PKL di Jl Sudarsono belum juga rampung. Penempatan PKL ke Pujabon juga kurang mendapat sambungan. Dari 70 lapak yang disediakan, baru 20-an yang terisi. Untuk Cirebon Tertib ini, harus diakui yang paling menonjol adalah pemberlakukan KTL.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4) Arif Kurniawan ST menyebutkan, penertiban PKL di KTL sudah terlaksana baik. Tapi penempatan PKL di Pujabon perlu kontinuitas dan upaya lanjutan. Sedangkan di sektor pariwisata, Cirebon Festival (C-Fest) sudah cukup baik sebagai permulaan. Kota Cirebon juga telah memiliki calendar of event.
Asisten Daerah Ekonomi dan Pembangunan Ir H Yoyon Indrayana MT menyebutkan, 100 hari pertama kinerja walikota dan wakil walikota sebetulnya tidak dikenal dalam pemerintahan. Tetapi, ini seperti sudah jadi kewajiban. Dan masyarakat menginginkan ada perubahan di rentang waktu itu.
Sehingga tidak salah ketika Azis-Eti memilih tiga prioritas program sebagai fokus utama. Dan sedikit demi sedikit sudah terlihat hasilnya. Seperti sudah dibahas di atas, di kesempatan keduanya menakhodai Kota Cirebon, ada perubahan signifikan dalam gaya kepemimpinan Nashrudin Azis. Yang kini berduet dengan Eti Herawati. Meski baru 100 hari. Namun, itu bisa jadi cerminan bagaimana arah kota ini dalam empat tahun ke depan. (abd/myg)