CIREBON – Di tengah belum jelasnya rencana operasional Bus Rapid Transit (BRT), pasalnya ada wacana Pemerintah Provinsi Jawa Barat meluncurkan Trans Jabar. Armadanya adalah 10 unit bus yang saat ini masih terparkir di kantor Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Cirebon.
Wakil Walikota Cirebon, Dra Hj Eti Herawati mengungkapkan, bila Trans Jabar dioperasikan rutenya mencakup Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu dan Kuningan. Sementara pengelolanya adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dishub Provinsi Jawa Barat.
“Kalau BRT berubah jadi Trans Jabar, busnya bisa bertambah dan UPT-nya langsung dari provinsi,” ujar Eti, kepada Radar Cirebon, di ruang kerjanya, Jumat (6/3).
Eti menyampaikan, Trans Jabar ini masih wacana dan masih dalam kajian. Kendati demikian, dia menyampaikan teruma kasih kepada pemerintah pusat yang telah memberikan bus untuk Kota Cirebon. Adapun terkait dengan BRT Trans Cirebon, pemerintah kota masih mempersiapkan. Termasuk regulasi pendukungnya.
Sementara penunjukan Perusahaan Daerah Pembangunan (PDP), sudah tepat. Apalagi melibatkan pihak ketiga sebagai operator, juga Organda untuk penyediaan sumber daya manusianya. “Memang PDP tidak bisa menjalankan sendiri. Cuma untuk support pemerintah berapa kita belum tahu detailnya,” tutur Eti.
Dia pun menyampaikan permohonan maaf karena BRT belum juga bisa beroperasi, karena begitu banyak persiapan yang harus dilakukan. “Pihak swasta juga pasti berhitung, mungkim komunikasi ini belum terkomunikasi dengan baik, tentang berbagi kewajiban,” tuturnya.
Di lain pihak, Dishub Kota Cirebon telah memastikan kesiapan sarana prasarana pendukung operasional BRT Trans Cirebon. Sedikitnya 8 halte dan 16 rambu lalu lintas bakal dipasang begitu mendapatkan kepastian armada transportasi masal itu mengaspal.
Kepala Bidang Multi Moda Transportasi Dishub, Hendri Yohanes Napitupulu mengatakan, penentuan titik halte sudah dilakukan. Termasuk mempertimbangkan masukan dari Perusahaan Daerah Pembangunan (PDP) dan Organisasi Angkutan Darat (Organda). “Dishub tinggal menunggu aba-aba walikota,” kata Hendri, belum lama ini.
Namun Hendri belum bisa membocorkan titik halte secara gamblang, dengan alasan masih dalam tahap perencanaan dan perlu melakukan penyesuaian dari masukan-masukan yang telah diterimanya. “Paling bergesernya tidak terlalu jauh,” tuturnya.
Sebagai gambaran, dua dari delapan titik halte tersebut berada di sekitar Jl Pangeran Diponogoro dan sekitar Kawasan Stadion Bima. Namun kembali ditegaskan, bahwa lokasi tersebut belum final. Dan baru akan ditentukan tidak lama setelah ada kepastian bahwa BRT akan beroperasi. “Barangnya sudah ada dan siap, tinggal kita pasang. Kalau pimpinan (walikota, red) memutuskan kapan BRT beroperasi, ya saya laksanakan. Karena semua sudah ready,” tandasnya.
Penentuan titik halte, imbuh Hendry, berdasarkan beberapa pertimbangan. Diantaranya, banyaknya jumlah penumpang yang akan naik BRT. Di mana di sekitar halte, menjadi tempat berkumpulnya masyarakat menunggu angkutan. Dan di masing-masing halte akan di pasang rambu. (abd)