Masjid As Shamad Nyaman, Seperti Sedang Berada di Desa

Senin 11-05-2020,17:30 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Bulan Ramadan biasanya kita mencari tempat yang nyaman dan sejuk untuk berteduh. Di Kota Cirebon, mungkin sesekali ke Masjid As Shamad. Lokasinya di Jl Suratno, Kelurahan Kebonbaru, Kecamatan Kejaksan. Suasananya nyaman. Masjid ini juga unik. Hampir 75% material bangunanya dari bambu.

ABDULLAH, Cirebon

MASJID As Shamad memang dibangun dengan bahan bambu. Atapnya yang menggunakan sirap membuat masjid ini makin adem. Betah derada di dalam masjid ini. Apalagi sekelilingnya ada pepohonan rindang membuat suasana salat makin nyaman.

Hasan, salah satu jamaah Salat Duhur mengaku tertarik salat di masjid unik ini karena sederhana dan nyaman. Hasan sendiri bukan warga sekitar. Ia kemarin kebetulan melintas tak jauh dari masjid itu, akhirnya memilih mampir dan menunaikan Salat Duhur. “Karena sebelumnya sudah pernah. Makanya pas kebetulan ada keperluan di Jl Suratno, saya sekalian mampir sini untuk duhur,” kata Hasan, kemarin.

Ya, berada di pusat kota, masjid ini cukup nyaman dan sejuk. Selain karena dikelilingi oleh 7 pohon besar yang cukup rindang, arsitektur masjid juga membuat pengunjung merasa sedang berada di desa. Bangunan masjid ini berbentuk miring, searah dengan kiblat. Bagian bawah dinding dan tiang-tiang teras masjid terbuat dari batu apung yang dipotong dengan rapi. Bagian dinding, pintu, dan tiang-tiang terbuat dari bambu-bambu berbagai ukuran.

Selain itu, bagian pintunya juga terbilang cukup unik dengan bagian atasnya berbentuk setengah lingkaran. Untuk pintu utama, terdapat dua buah daun pintu yang sama sekali tidak menggunakan engsel. Sedangkan pintu samping hanya satu buah daun pintu yang juga tanpa menggunakan engsel.

Hampir semua bambu di masjid ini tidak menggunakan paku untuk merekatkannya, melainkan dengan anyaman rotan yang cukup kokoh. Sehingga, masjid ini terlihat rapi. Bagian langit langit atap pun terbuat dari bambu-bambu yang direkatkan dengan anyaman rotan atau atap sirap.

2

Sedangkan bagian atapnya terbuat dari anyaman bambu, dan di bagian atasnya menggunakan rumbai-rumbai ala rumah-rumah pedesaan. Keunikan lain dari masjid ini terletak pada hiasan-hiasan di dalamnya yang terbuat dari kerajinan kerang. Seperti pada bagian lampu gantung, bagian mimbar, serta gambar hiasan di bagian depan masjid yang membentuk lafaz Allah di bagian kanan dan lafaz Muhammad di bagian kiri, yang dikelilingi dengan gambar bambu dari kerajinan kerang.

Masjid ini kerap digunakan untuk salat 5 waktu, Salat Jumat, dan ibadah lainnya. Di salah satu sisi terdapat semacam tempat yang bisa digunakan untuk kegiatan mengaji.

Pemilik masjid ini adalah Watid Syahriar, anggota DPRD Kota Cirebon. Ia memang sengaja mendirikan masjid yang hampir semuanya terbuat dari bambu. Bambu yang digunakan sebagai bahan masjid tersebut adalah jenis Betung yang didatangkan dari Majalengka. “Bambu itu dikenal kuat kokoh dan awet. Makanya saya menggunakan bambu dalam pembuatan masjid ini,” jelas Watid.

Masjid As Shamad sengaja diciptakan dengan gaya arsitektur yang unik dengan elemen berbahan dasar alam dengan harapan membuat para pengunjung nyaman dan tenang. Politisi Nasdem itu sudah mempertimbangkan arsitekturnya, baik dari segi bahan dan kearifan lokal setempat. Beberapa di antaranya adalah kayu, bambu, dan batu.

“Kalau yang kayu sudah ada, yakni Masjid Agung Sang Cipta Rasa di Kasepuhan, kemudian masjid berbahan batu sudah ada yaitu Masjid Bata Merah Panjunan. Nah, bambu yang belum ada, sehingga saya menggagas dari bambu,” ujarnya. (*/awr)

Tags :
Kategori :

Terkait