Ok
Daya Motor

Tugu Peringatan Kemerdekaan RI di Alun-alun Palimanan, Saksi Bisu Perlawanan Rakyat

Tugu Peringatan Kemerdekaan RI di Alun-alun Palimanan, Saksi Bisu Perlawanan Rakyat

Tugu Proklamasi Alun-alun Palimanan menjadi penanda perjuangan masyarakat untuk kemerdekaan RI.-Foto: Khoirul Anwarudin-radarcirebon.com

BACA JUGA:Miris, Tugu Proklamasi Kemerdekaan di Cirebon Jadi Tempat Buang Kotoran

Sebuah rapat umum digelar dengan pembicara dr Sudarsono, Manadi, serta Kartahari, sebagaimana dikutip dari catatan sejarawan, Noerdin M Noer (1989).

Kegiatan tersebut ditutup dengan pawai akbar keliling kota. Di tengah luapan kegembiraan, masyarakat Cirebon menyambut pawai itu dengan haru dengan mata yang berkaca-kaca.

Kemeriahan pawai itu menarik perhatian orang-orang. Masyarakat pun menjadi tahu bahwa pawai tersebut menjadi wujud kegembiraan atas kemerdekaan bangsa Indonesia dari cengkraman para penjajah.

Kabar kemerdekaan Indonesia tentunya disambut dengan antusias oleh masyarakat. Masyarakat yang antusias selalu mengabarkan kabar bahagia tersebut kepada orang orang yang ditemuinya.

BACA JUGA:Revitalisasi Alun-alun Kejaksan Tak Ubah Posisi Tugu Proklamasi

Masifnya informasi tentang proklamasi kemerdekaan juga diakibatkan oleh kabar dari mulut ke mulut hingga sampai sampai ke pelosok desa.

Dari mulai Plered hingga Palimanan di wilayah barat, hingga Sindanglaut, Losaril hingga Ciledug di wilayah timur kabar kemerdekaan Indonesia semakin cepat menyebar.

Barisan pemuda yang menjadi motor penggerak perjuangan juga semakin bersemangat untuk mengekspresikan kegembiraan.

Kemudian, pada tanggal 19 Agustus 1945, ribuan poster bertebaran di pojok pojok kota. Gerakan tersebut diinisiasi oleh Abdul Hamid, Salamun, Sutadi Sukarya, Saleh Basarah, Eka Ending, Basuki Erman, Ending dan kawan-kawan lainya. 

BACA JUGA:Olly Sastra Srikandi dari Cirebon, Momentum Heroik Terjadi Sehari Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Poster-poster itu menyatakan kesiapan masyarakat dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia yang telah diproklamirkankan.

Dengan mengorbankan harta, pikiran bahkan nyawa. Sekitar pukul 10.00, pagi harinya, gerakan pemuda juga mulai melakukan aksi penurunan Bendera Jepang.

Gerakan semacam ini banyak terjadi. Walaupun harus berhadapan dengan tentara Jepang. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait